Semua orang pasti memiliki impian untuk bisa punya rumah sendiri. Pun begitu dengan generasi milenial, generasi yang dianggap sulit untuk bisa memiliki rumah dengan jerih payah sendiri. Dibandingkan dengan beberapa generasi sebelumnya, generasi milenial menghadapi tantangan yang lebih beragam dalam membeli rumah.
Generasi milenial adalah target pemasaran utama para pengembang properti saat ini. Mereka masih berada di usia produktif dan tentunya memiliki keinginan untuk mempunyai hunian sendiri. Tren milenial dalam membeli rumah pun berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya.
Meskipun niat dan semangat sudah ada, ada berbagai tantangan yang justru membuat milenial sulit mewujudkan impian tersebut. Beberapa tantangan khusus ini perlu diidentifikasi terlebih dahulu agar bisa diatasi dengan strategi yang tepat.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi milenial adalah keterbatasan anggaran untuk membeli rumah. Harga rumah di pasaran umumnya terus meningkat setiap tahun. Sayangnya, kenaikan ini tak dibarengi dengan kenaikan gaji per tahun. Akibatnya, generasi milenial memiliki daya beli yang rendah.
Para milenial harus memutar otak bagaimana caranya mereka bisa mengalokasikan gaji bulanan untuk membeli rumah tanpa mengorbankan kebutuhan lainnya. Banyak dari mereka bahkan harus mencari rumah di pinggiran yang harganya lebih terjangkau dibanding kawasan perkotaan.
Di samping itu, kebutuhan akan hunian yang nyaman juga membuat milenial harus mempertimbangkan lokasi dan fasilitas yang diberikan. Namun, dengan keterbatasan dana yang dimiliki, kriteria tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi milenial.
Tantangan lain yang dihadapi para milenial adalah kesulitan dalam mengumpulkan uang muka atau down payment (DP). Sebagian pengembang yang menawarkan unit perumahan dengan program kredit mengharuskan pembeli untuk membayar DP terlebih dahulu.
Umumnya, jumlah DP yang harus dibayarkan sebesar 3% dari total harga rumah. Namun, ada juga yang menawarkan DP kurang dari 3% dan bahkan hingga 0%. DP rendah seperti ini biasanya ditawarkan oleh pengembang perumahan bersubsidi yang sebenarnya banyak diminati oleh generasi milenial.
Namun bagi milenial yang kurang sreg dengan jenis perumahan bersubsidi, otomatis mereka harus mencari jenis perumahan lain. Mereka juga harus mengumpulkan uang muka yang jumlahnya bisa mencapai puluhan juta. Tentu hal ini bisa menjadi tantangan bagi milenial yang belum memiliki tabungan cukup.
Tantangan selanjutnya yang dihadapi para milenial adalah sulitnya akses terhadap layanan pembiayaan atau kredit perumahan. Mayoritas milenial merupakan pekerja kreatif yang mana sering kali menghambat proses pengajuan kredit dari lembaga perbankan konvensional.
Tak hanya itu, beberapa milenial juga belum memiliki riwayat kredit yang kuat sehingga pengajuan kredit mereka sulit disetujui lembaga keuangan. Adanya keterbatasan akses ini jelas menjadi pukulan keras bagi para milenial yang sebenarnya sudah memiliki kesiapan finansial.
Beberapa dari mereka harus berputar otak dengan mencari alternatif lain. Di antaranya menggunakan nama anggota keluarga atau mencari lembaga keuangan yang bisa memberikan pembiayaan untuk non-pegawai.
Banyak lembaga non-perbankan yang memberikan pembiayaan properti bagi masyarakat yang sulit mendapatkan akses bank. Salah satu yang bisa kamu pertimbangkan adalah layanan Dana Rumah dari Danasyariah. Layanan pembiayaan ini memungkinkan kamu para pekerja kreatif untuk mendapatkan pembiayaan kepemilikan rumah dengan skema syariah.
Membeli rumah adalah tujuan besar bagi para milenial yang ingin mewujudkan kemandirian finansial dan stabilitas kehidupan. Meskipun dihadapkan dengan berbagai kesulitan, generasi milenial masih bisa mengatasi hambatan-hambatan tersebut untuk bisa memiliki rumah sendiri.
Solusi pertama yang perlu dilakukan oleh para milenial adalah memiliki perencanaan keuangan yang matang. Caranya adalah dengan membuat anggaran yang terperinci untuk semua pemasukan dan pengeluaran. Hal ini bisa menjadi salah satu kunci utama untuk mewujudkan tujuan finansial, termasuk membeli rumah.
Agar tujuan finansial segera tercapai, para milenial yang mayoritas adalah kaum konsumtif wajib bisa mengurangi pengeluaran. Identifikasi pengeluaran mana saja yang sifatnya tidak penting. Selanjutnya, alokasikan dana tersebut untuk tabungan pembelian rumah.
Dengan memiliki prioritas keuangan, seperti menunda membeli hal-hal yang sifatnya untuk hiburan semata, dapat membantu kamu mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk tabungan rumah. Selain itu, mencari pemasukan tambahan juga bisa menambah tabungan untuk membeli rumah.
Solusi cerdas untuk mengatasi tantangan keterbatasan anggaran guna membeli rumah adalah dengan menerapkan strategi investasi properti. Para milenial bisa memanfaatkan prorgram atau skema investasi properti yang ditawarkan oleh pengembang maupun pemerintah.
Investasi properti dapat dilakukan dengan memilih membeli rumah atau unit apartmen yang masih dalam tahap pra-penjualan atau pre-launch. Pasalnya, properti pre-launch ditawarkan dengan harga yang lebih rendah dibanding saat proyek sudah selesai dan resmi dijual.
Dengan strategi ini, para milenial bisa mendapatkan kesempatan untuk membeli properti dengan harga yang terjangkau. Selain itu, mereka juga akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan harga properti di masa depan.
Mengingat properti pre-launch cukup berisiko, sebagai milenial kamu wajib menyelidiki terlebih dahulu bagaimana latar belakang pengembang. Jangan mudah tergiur dengan iming-iming harga murah karena membeli rumah adalah keputusan finansial yang paling riskan.
Para milenial bisa mencari pengembang yang menawarkan unit perumahan dengan skema pembayaran yang fleksibel. Contohnya seperti penawaran opsi cicilan uang muka dalam beberapa bulan. Dengan adanya opsi semacam ini, generasi milenial tidak akan merasa terlalu terbebani dengan jumlah uang muka pembelian rumah yang tidak sedikit.
Di samping itu, beberapa pengembang juga ada yang menawarkan skema pembelian rumah menggunakan sistem sewa beli. Jadi, generasi milenial bisa menyewa rumah terlebih dahulu dan biaya sewa dibayarkan secara bulanan. Nah, biaya ini dianggap sebagai cicilan untuk membeli rumah tersebut.
Memang tidak banyak pengembang yang menawarkan skema sewa beli rumah. Namun perlu diakui bahwa sewa ini membuat para milenial memiliki kesempatan untuk bisa membeli rumah tanpa harus mengeluarkan dana untuk DP pada awal pembelian.
Pemerintah bersama lembaga keuangan bekerja sama untuk memberikan banyak kemudahan dalam kepemilikan rumah. Khususnya bagi masyarakat dengan penghasilan rendah atau keterbatasan keuangan dalam membeli rumah.
Salah satu program yang banyak diminati milenial adalah perumahan bersubsidi. Jenis perumahan ini ditawarkan dengan bunga kredit rendah, cicilan murah, dan DP lebih terjangkau dibanding perumahan non-subsidi.
Generasi milenial dapat memanfaatkan program ini untuk mewujudkan impian memiliki rumah sendiri. Namun perlu diingat bahwa fasilitas rumah bersubsidi tak bisa disamakan dengan rumah non-subdisi. Jadi, pertimbangkan dahulu dengan matang jenis rumah seperti apa yang kamu butuhkan.
Bisa membeli rumah sendiri jelas akan menjadi salah pencapaian terbesar bagi generasi milenial. Meskipun dihadapkan dengan berbagai jenis tantangan, milenial masih bisa mengatasinya dengan tips-tips solutif di atas. Ditambah dengan memiliki disiplin diri, kesabaran, dan kecermatan, impian memiliki rumah pasti akan menjadi kenyataan.