Tren Generasi Milenial Terkait Pembelian Rumah

Tren Generasi Milenial Terkait Pembelian Rumah
Sumber : Envato

Tidak jauh beda dari sektor industri lainnya, properti telah menapaki era baru beberapa tahun terakhir ini. Kini, pasar properti didominasi oleh generasi milenial dan Z. Namun dalam pembahasan kali ini, kita akan lebih fokus ke milenial. Ini lantaran milenial menjadi konsumen terbesar atas berbagai produk properti yang dipasarkan saat ini. 

Sama seperti generasi sebelumnya, milenial juga memiliki tren sendiri terkait pembelian produk properti. Mau tahu seperti apa tren para milenial ini? Simak terus ulasan di bawah ini!

Riset Menunjukkan Generasi Milenial Sulit Punya Rumah

Tren Generasi Milenial Terkait Pembelian Rumah
Sumber : Envato

Generasi milenial adalah orang-orang kelahiran awal 1980-an hingga 1990-an. Meski mereka menjadi target terbesar pasar properti saat ini, faktanya masih banyak dari mereka yang sulit untuk bisa membeli rumah sendiri. 

Jelas, hal tersebut bukan berita lama lagi. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan pernah menyampaikan bahwa generasi milenial sulit punya rumah sendiri karena tingginya harga properti yang tidak sebanding dengan kenaikan gaji. Faktor lain seperti inflasi pun kerap dikaitkan sebagai salah satu alasan rendahnya daya beli generasi milenial terhadap produk properti.

Menurut CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, baru sekitar 40 persen milenial yang mampu membeli rumah dengan biaya sendiri. Sementara menurut survei Kementerian PUPR 2019 terhadap 3.007 partisipan, sekitar 40 persen responden mengaku belum bisa membeli rumah karena tingginya KPR dan masih ada cicilan lain.

Lebih lanjut, sekitar 28 persen responden berpendapat belum bisa menemukan hunian yang tepat. Lalu, kurang lebih 8 persen dari responden merasa belum perlu memiliki tempat tinggal sendiri dan bahkan belum terpikirkan.

Banyak dari mereka yang sebenarnya mampu untuk membeli rumah sendiri, salah satunya secara KPR. Namun, tidak sedikit dari mereka yang menunda keinginan tersebut dan memilih untuk menghuni indekos. Contohnya adalah Adrian, salah satu aparatur sipil negara (ASN) yang tinggal di kos eksklusif bersama sang istri di Ragunan, Jakarta Selatan.

Diliput oleh Bisnis.com, Adrian mengungkapkan bahwa dia sebenarnya sudah memiliki keinginan untuk mempunyai tempat tinggal sendiri. Hanya saja, dia belum menemukan hunian yang pas dengan kebutuhan.

Pertimbangan utama Adrian dalam mencari hunian adalah lokasi strategis dan mudah dijangkau menggunakan kendaraan umum. Apa yang Andrian ungkapkan tersebut selaras dengan pendapat Ali Tranghanda selaku CEO IPW. Dia mengungkapkan bahwa properti TOD dan micro housing adalah preferensi generasi milenial

Properti TOD dan Micro Housing Menjadi Favorit Milenial 

Tren Generasi Milenial Terkait Pembelian Rumah
Sumber : Envato

Properti TOD (transit-oriented development) merupakan properti yang pembangunannya berfokus kemudahan akses moda transportasi massal, seperti dekat dengan halte busway, terminal bus, titik naik turunnya angkutan umum, dan stasiun kereta.

Di Indonesia, properti dengan konsep TOD mulai banyak dikembangkan oleh para developer meskipun tidak sepenuhnya berfokus pada konsep tersebut. Alih-alih langsung terkoneksi dengan titik-titik transportasi umum, properti TOD di Tanah Air dibangun di lokasi yang hanya berdekatan dengan titik-titik tersebut.

Menurut Ali Tranghanda, sekitar 80 persen milenial saat ini merupakan pekerja kelas menengah ke bawah. Dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, mereka lebih mengandalkan transportasi umum alih-alih kendaraan pribadi. 

Hal tersebut khususnya berlaku pada milenial yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta. Sebab itu, preferensi hunian mereka adalah yang dekat dengan akses kendaraan umum, seperti stasiun MRT dan commuter line.

Tidak hanya itu, properti di kawasan yang dekat dengan pintu keluar masuk tol ikut menjadi incaran para milenial. Hanya saja, mereka yang memiliki preferensi ini merupakan kelas menengah atas yang sudah memiliki kendaraan pribadi beroda empat. Properti yang dekat dengan jalan tol lebih disukai oleh generasi milenial yang memiliki jaminan karier.

Selain properti dengan konsep TOD, generasi milenial dianggap lebih suka dengan hunian yang tidak terlalu besar. Dalam hal ini, bukan luas ruang bangunan melainkan ukuran tanah atau istilah kerennya adalah micro housing.

Micro housing umumnya ditawarkan dengan harga yang relatif terjangkau. Sebab itu, properti jenis ini banyak dicari oleh milenial. Namun, perlu diketahui bahwa hunian kecil belum tentu mampu dijangkau oleh semua milenial. Lagi pula, tidak sedikit milenial yang tergolong sebagai masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Sebagai solusi, pemerintah bersama para pengembang bekerja sama untuk menawarkan hunian mungil dengan harga terjangkau. Contohnya adalah KPR bersubsidi yang hingga kini masih menjadi primadona milenial kelas menengah ke bawah.

Situs Pencarian Properti Menjadi Preferensi Milenial 

Tren Generasi Milenial Terkait Pembelian Rumah
Sumber : Envato

Selain jenis properti, milenial juga memiliki kebiasaan tersendiri dalam mencari informasi tentang properti. Jika generasi sebelumnya memilih menggunakan agen, berbeda dengan milenial.

Sebagai generasi yang mengalami transisi dari era non-digital ke era serba digital, milenial dianggap sangat mahir dalam memanfaatkan inovasi teknologi. Tidak heran bila perkara mencari hunian pun bisa dilakukan lewat kanal daring atau lebih tepatnya platform proptech (property technology).

Cukup dengan menggunakan smart gadget atau komputer yang terkoneksi dengan internet, generasi milenial sudah bisa mencari properti sesuai kebutuhan. Menurut VP Corporate Sales perusahaan Lamudi (platform proptech) Michael Kauw, kebiasaan mencari informasi properti sebenarnya tidak hanya menjangkiti generasi milenial saja.

Michael menyampaikan platform-nya mengalami peningkatan pengguna hingga 100 kali lipat dari tahun 2014 hingga 2021. Mayoritas penggunanya merupakan masyarakat dari rentang usia 25 hingga 34 tahun yang mana tergolong sebagai milenial.

Namun pada 2018 hingga 2022, pengguna dari rentang usia 45 hingga 54 tahun (generasi X) meningkat hingga lebih dari 200 persen. Masih berdasarkan data Lamudi, pencarian produk properti di laman tersebut meningkat hingga lebih dari 30 persen selama dua tahun masa pandemi.

Pada April 2020, tingkat pencarian properti sempat menurun, tetapi kini sudah kembali meningkat. Peningkatan ini terjadi seiring dengan banyaknya kemudahan yang diberikan oleh pemerintah pada masyarakat untuk bisa memiliki properti.

Meski  generasi sebelum milenial juga memanfaatkan platform proptech, inovasi teknologi ini masih didominasi oleh rentang usia 25 hingga 34 tahun. Para milenial melakukan 90 persen pencarian produk properti secara digital hanya dengan berbekal smartphone

Mereka memiliki kecenderungan untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya terkait suatu jenis properti sebelum memutuskan untuk membeli maupun menyewa. Melihat fenomena ini, jelas para milenial sangat diuntungkan dengan adanya situs-situs proptech.

Jadi, itu tadi ulasan sekilas mengenai tren generasi milenial terkait pembelian hunian tinggal. Milenial adalah target pasar utama para pelaku bisnis properti saat ini. Sebab itu, banyak pengembang yang berlomba-lomba membangun proyek sesuai dengan preferensi milenial. Contohnya hunian yang dekat dengan akses transportasi publik dan berukuran kecil.

Di samping itu, milenial juga menunjukkan adanya kecenderungan mencari pilihan hunian lewat situs-situs proptech. Mereka bisa mendapatkan banyak pilihan sebelum memutuskan untuk membeli maupun menyewa suatu produk properti.

Leave a Reply