Di era digital seperti sekarang ini, transaksi secara daring atau online telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di balik tren tersebut, terdapat ancaman keamanan digital yang mengancam data-data pribadi pengguna. Untuk mengatasi tantangan tersebut, teknologi blockchain muncul sebagai salah satu solusi inovatif yang menawarkan keamanan tingkat tinggi sekaligus transparansi dalam transaksi online.
Kondisi keamanan digital saat ini menimbulkan cukup banyak keprihatinan di kalangan pengguna internet dan cyber security. Ancaman-ancaman seperti serangan phishing, malware, DDoS, dan ransomware makin canggih sehingga mengancam data dan privasi pengguna.
Di Indonesia misalnya, beberapa tahun terakhir lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta mengalami kebocoran data. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keamanan digital di Indonesia masih rendah.
Melansir laman DJKN Kemenkeu, Indonesia menempati peringkat tertinggi dari 10 negara dengan kondisi keamanan digital yang memprihatinkan. Menurut data terkait persentase keterserangan siber seperti malware, Indonesia menyentuh angka 23,54% yang mana lebih tinggi dibanding Tiongkok (21,36%).
Selain karena rendahnya tingkat keamanan digital, kesadaran pengguna terkait cyber security di Indonesia juga termasuk masih rendah. Hal tersebut sangat berdampak terhadap kerentanan keamanan siber di Indonesia terhadap serangan peretas dari berbagai belahan dunia.
Menurut data International Telecommunication Union (ITU) yang dicantumkan di DJKN Kemenkeu, keamanan siber di Indonesia menempati peringkat 70. Di seluruh kawasan Asia Pasifik, Indonesia masih kalah jauh dari negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan bahkan Australia tentang urusan kesadaran pengguna terhadap keamanan siber. Salah satu indikasinya adalah intensitas pengguna dalam mengganti password email untuk meminimalkan terjadinya security breach.
Lantas, apa urgensi keamanan informasi atau digital bagi masyarakat seperti di Indonesia? Pada dasarnya, keamanan data merupakan prioritas utama dalam kehidupan modern. Keamanan informasi juga menjadi komponen krusial dalam mewujudkan tujuan organisasi, terlepas dari sektor atau fungsi organisasi yang dimaksud.
Dengan kata lain, keamanan dalam transaksi digital atau online menjadi aspek yang membutuhkan perhatian khusus. Terlebih untuk negara seperti Indonesia yang telah mencatatkan jumlah perdagangan online mencapai lebih dari Rp500 triliun pada 2023.
Peningkatan kesadaran pengguna terkait keamanan digital dan peningkatan sistem keamanan digital merupakan salah satu langkah untuk meminimalkan risiko serangan siber. Salah satu bentuk inovasi teknologi untuk meningkatkan keamanan digital adalah blockchain.
Pada dasarnya, blockchain merupakan sebuah sistem yang dapat digunakan untuk menyimpan data secara terdesentralisasi. Ini artinya, data tidak disimpan hanya dalam satu lokasi sentral, melainkan tersebar di semua pengguna yang tergabung dalam sistem blockchain. Jadi, sistem berbeda dengan sistem konvensional yang umumnya menggunakan basis data terpusat dan cenderung rentan terhadap serangan siber atau manipulasi data.
Secara teknis, cara kerja blockchain adalah dengan menghubungkan blok-blok data menggunakan kriptografi. Pada setiap blok terdapat sejumlah transaksi yang sudah diverifikasi kebenarannya oleh semua pengguna.
Proses verifikasi tersebut dilakukan oleh pengguna yang menggunakan daya komputasi mereka untuk memecahkan algoritma yang sangat kompleks. Pengguna dalam teknologi blockchain bisa juga disebut dengan miner atau penambang. Setelah diverifikasi, transaksi terkait akan dicatat dalam blok baru sebelum akhirnya ditambahkan pada blockchain secara berurutan.
Blockchain juga memiliki tingkat keamanan yang didasarkan pada beberapa faktor kunci. Pertama, seperti yang disebutkan sebelumnya, adalah karena data disimpan di banyak lokasi yang terdesentralisasi. Dengan begitu, sulit bagi pihak yang tidak berwenang untuk melakukan manipulasi atau pencurian data.
Kedua, setiap transaksi harus terlebih dahulu diverifikasi oleh mayoritas pengguna dalam blockchain sehingga sulit untuk dipalsukan transaksinya. Selanjutnya, data dalam blockchain dienkripsi menggunakan sistem kriptografi sehingga sulit untuk diakses pihak-pihak berniat buruk yang tidak memiliki kunci enkripsi yang sesuai.
Di samping itu, keandalan dan keaslian data-data dalam blockchain sangat terjamin. Setiap perubahan atau tambahan data yang terjadi dalam blockchain akan direkam secara permanen dan tidak bisa diubah. Jadi, setiap transaksi yang masuk dalam sistem blockchain memiliki rekam jejak digital yang transparan sehingga setiap pengguna bisa memastikan keasliannya.
Dalam konteks keamanan transaksi di era digital, teknologi blockchain hadir sebagai solusi solutif untuk meningkatkan keamanan transaksi secara keseluruhan. Dengan sifat yang terdesentralisasi, enkripsi yang kuat, dan transparansi tinggi, blockchain bisa digunakan untuk melindungi data sensitif pengguna dan meminimalkan risiko serangan siber.
Seperti yang dijelaskan, transaksi online seperti di aplikasi e-commerce atau marketplace merupakan salah satu jenis platform yang dapat mengambil manfaat dari adanya teknologi blockchain. Sebab, potensi blockchain untuk meningkatkan sistem keamanan digital akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya zaman.
Lantas, apakah blockchain benar-benar bisa menjamin keamanan data, seperti dalam transaksi online? Blockchain bisa memberikan tingkat keamanan yang jauh lebih tinggi dibanding sistem keamanan digital konvensional. Namun bukan berarti teknologi ini 100% aman.
Sama seperti inovasi teknologi lainnya, blockchain masih rentan terhadap serangan tertentu, seperti penipuan dan serangan siber. Namun secara teknis, blockchain masih terbilang sebagai salah satu solusi keamanan data yang paling baik untuk saat ini karena sifatnya yang terdesentralisasi.
Selanjutnya, apakah semua data harus disimpan dalam sistem blockchain? Jawabannya adalah tidak karena blockchain lebih cocok untuk diterapkan pada data yang membutuhkan tingkat keamanan dan transparansi tinggi. Data yang dimaksud salah satunya adalah transaksi keuangan, seperti transfer antar platform keuangan atau belanja online di marketplace maupun e-commerce.
Di Indonesia, terdapat satu platform e-commerce pertama yang menggunakan sistem blockchain, yakni Wedeals. Platform berbentuk situs web ini hadir untuk memberikan layanan pada pengguna yang ingin jalan-jalan ke tempat wisata. Jadi, pengguna bisa membeli tiket hingga mencari penginapan lewat Wedeals yang sudah terintegrasi dengan blockchain.
Meskipun baru ada satu platform, masa depan blockchain di Tanah Air tampaknya akan makin cerah mengingat Indonesia terus menggenjot pemerataan penggunaan teknologi. Jadi, masalah keamanan digital menjadi aspek yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Dalam hal ini, integrasi blockchain dalam sistem keamanan siber menjadi proyek inovatif yang perlu terus diupayakan.