Floating Rate KPR: Definsisi, Kelebihan, dan Kekurangannya

Berbicara soal Kredit Pemilikan Rumah (KPR), ada beberapa jenis suku bunga yang dapat dipilih oleh calon pembeli rumah. Salah satu jenis suku bunga yang cukup populer adalah floating rate atau suku bunga mengambang.

Suku bunga mengambang kerap dijadikan pilihan utama bagi nasabah yang menginginkan fleksibilitas dalam proses pembayaran angsuran. Namun, sebelum kamu memilih floating rate untuk KPR yang akan kamu ajukan, ada baiknya kamu memahami terlebih dahulu apa itu floating rate, kelebihan, dan kekurangannya.

Floating rate KPR

Apa Itu Floating Rate KPR?

Melansir laman BNIexperience, floating rate KPR atau suku bunga mengambang adalah jenis suku bunga tidak tetap dan bisa berubah-ubah selama berlangsungnya masa pinjaman. Suku bunga ini bisa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal; salah satunya adalah suku bunga acuan bank sentral dalam hal ini adalah Bank Indonesia.

Selain itu, suku bunga mengambang juga dipengaruhi oleh suku bunga pasar dan kebijakan bank itu sendiri. Dalam praktiknya, saat suku bunga acuan mengalami kenaikan, maka suku bunga KPR juga ikut mengalami kenaikan. Sebaliknya, bila suku bunga acuan turun, otomatis cicilan KPR yang menggunakan suku bunga mengambang juga akan berkurang.

Floating rate sering disebut juga sebagai suku bunga variabel. Hal ini lantaran suku bunga yang ditawarkan sama dari waktu ke waktu. Otomatis pembayaran cicilan bulanan nasabah juga bisa mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Oleh sebab itu, bila kamu ingin memilih floating rate, maka kamu harus siap dengan kemungkinan kenaikan cicilan apabila terjadi kenaikan suku bunga. Namun, kamu juga berkesempatan untuk menikmati penurunan cicilan apabila suku bunga turun.

Floating Rate vs Fixed Rate

Saat akan mengajukan KPR, calon peminjam umumnya juga akan ditawarkan dengan pilihan fixed rate atau suku bunga tetap. 

Lantas, apa perbedaan floating rate dan fixed rate?

Fixed rate merupakan jenis suku bunga yang sama sekali tidak mengalami perubahan selama jangka waktu tertentu, umumnya dalam beberapa tahun pertama masa pinjaman. Setelah periode fixed rate berakhir, suku bunga umumnya akan mengalami perubahan menjadi suku bunga mengambang atau mengikuti jenis suku bunga yang berlaku saat itu.

Perbedaan utama antara floating rate dan fixed rate terletak pada tingkat kepastian pembayaran cicilan. Suku bunga tetap memberikan kepastian jumlah angsuran yang harus dibayar karena suku bunga tidak berubah dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. 

Suku bunga tetap ini cocok bagi calon penerima KPR yang tidak ingin menghadapi risiko kenaikan suku bunga. Sebaliknya, suku bunga mengambangkan menawarkan fleksibilitas yang lebih besar, terutama bila terjadi penurunan suku bunga pasar. Namun, ingat, suku bunga mengambang juga berisiko mengalami kenaikan bila bank sentral menaikkan suku bunga acuan.

Sebagai contoh, apabila suku bunga pasar mengalami penurunan, maka penerima KPR dengan floating rate akan menikmati penurunan jumlah angsuran. Sementara itu, mereka yang menggunakan fixed rate tetap membayar cicilan dengan suku bunga yang sama seperti sebelumnya dan cenderung lebih tinggi dari floating rate karena terjadinya penurunan suku bunga pasar.

Cara Menghitung Floating Rate

Menghitung cicilan KPR menggunakan suku bunga mengambang sedikit lebih rumit dibandingkan dengan suku bunga tetap. Hal ini karena disebabkan oleh naik turunnya suku bunga acuan yang terjadi secara terus-menerus dan berimbas pada suku bunga KPR sehingga jumlah cicilan bulanan bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu.

Sebagai contoh, pada tahu pertama cicilan KPR, suku bunga yang diberlakukan oleh lembaga keuangan adalah 10% dan kamu mendapatkan cicilan per bulan sebesar 1,5 juta rupiah. Apabila pada tahun ketiga terjadi kenaikan suku bunga menjadi 12%, maka jumlah angsuran bulanan yang harus kamu bayarkan meningkat menjadi 1,7 juta rupiah. Namun, apabila suku bunga menurun, misalnya menjadi 8%, maka cicilan kamu juga menurun menjadi 1,3 juta per bulan.

Rumus dasar yang bisa kamu gunakan untuk menghitung angsuran dengan suku bunga mengambang adalah dengan mengalikan jumlah pokok pinjaman yang masih tersisa dengan suku bunga yang ditetapkan lembaga keuangan. Selanjutnya, bagi dengan jumlah bulan yang tersisa dalam tenor waktu pinjaman yang sudah ditentukan. 

Sebagai penerima KPR, kamu wajib untuk selalu memantau perubahan suku bunga agar bisa memperkirakan besarnya cicilan yang harus kamu bayarkan.

Sebagai tambahan, lembaga keuangan yang memberikan layanan KPR umumnya akan memberitahukan kepada nasabah KPR apabila terjadi perubahan suku bunga. Namun, tetap penting bagi para nasabah KPR untuk memahami cara perhitungan ini untuk meminimalkan risiko kekeliruan saat membayar angsuran.

Kelebihan dan Kekurangan Floating Rate

Dari penjelasan di atas sebenarnya sudah bisa diketahui kelebihan dan kekurangan dari suku bunga mengambang. Agar lebih mudah untuk dipahami, berikut beberapa keuntungan dari floating rate pada KPR:

  • Fleksibilitas: Salah satu keunggulan utama dari floating rate adalah fleksibilitasnya. Saat suku bunga pasar anjlok, maka peminjam akan mendapatkan manfaat berupa penurunan jumlah cicilan. Ini tentunya bisa menjadi opsi ideal bagi mereka yang yakin bahwa suku bunga bank akan mengalami penurunan di masa depan.
  • Cicilan awal lebih rendah: Pada umumnya, lembaga keuangan akan menawarkan suku bunga mengambang yang lebih rendah pada beberapa tahun pertama masa pinjaman. Hal ini bisa membuat jumlah cicilan bulanan pada tahun-tahun pertama lebih ringan.
  • Potensi penghematan: Apabila terjadi penurunan suku bunga secara signifikan selama masa pinjaman, maka nasabah bisa menghemat banyak uang dibanding jika memilih fixed rate dengan bunga yang tidak berubah.

Namun, di balik keunggulan suku bunga mengambang, ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan, di antaranya:

  • Risiko kenaikan suku bunga: Kekurangan utama dari suku bunga mengambang adalah ketidakpastian suku bunga. Seperti yang dijelaskan, bila suku bunga acuan naik, otomatis jumlah cicilan bulanan juga ikut naik.
  • Kesulitan dalam perencanaan finansial: Mengingat jumlah cicilan KPR bisa berubah-ubah, hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan perencanaan keuangan jangka panjang bagi nasabah.
  • Minim kontrol: Pada dasarnya, nasabah KPR tidak memiliki kendali atas suku bunga yang berlaku karena semua dikendalikan oleh kondisi pasar dan kebijakan bank sentral. Oleh sebab itu, nasabah harus siap menghadapi ketidakpastian di masa depan.

Jadi, floating rate KPR merupakan suku bunga yang menawarkan fleksibilitas bagi calon penerima KPR, khususnya bagi mereka yang yakin akan terjadi penurunan suku bunga di masa depan. Namun risiko ketidakpastian juga tak boleh diabaikan. Untuk itu, sebelum memutuskan suku bunga mengambang, pahami terlebih dahulu kondisi keuangan kamu, proyeksi suku bunga di masa depan, dan risiko yang bisa kamu terima.

Leave a Reply