10 Istilah Keuangan Gen Z yang Tren di Media Sosial

Kenali istilah keuangan gen Z yang viral di media sosial, mulai dari financial healing hingga retail investing. Yuk, simak di sini!
Sumber : Envato

Generasi Z dikenal sebagai generasi penuh kontroversi. Bagaimana tidak, generasi kelahiran tahun 1997-2012 ini lahir dan tumbuh di era digital dengan akses informasi yang serba cepat. Bukan hanya urusan gaya hidup, ranah finansial pun ikut mereka kemas dengan cara kreatif. Kamu sendiri mungkin sering mendapatkan istilah-istilah baru yang viral di media sosial dan beberapa di antaranya berhubungan dengan istilah keuangan gen Z.

10 Istilah Keuangan Gen Z Terbaru

istilah keuangan gen Z
Sumber : Envato

Istilah keuangan yang populer di kalangan gen Z bukan sekadar kata-kata gaul. Justru, di balik itu semua ada bukti nyata bagaimana gen Z menghadapi tantangan ekonomi masa kini, mulai dari biaya hidup yang tinggi hingga tekanan sosial untuk tampil sesuai dengan apa yang sedang ngetren di media sosial.

Bahkan, sebagian besar istilah keuangan gen Z muncul karena generasi yang katanya paling melek soal teknologi ini ingin membicarakan uang dengan lebih terbuka. Buktinya, survei Jakpat tahun 2024 menunjukkan bahwa tiga dari empat orang Indonesia sudah pernah berinvestasi dan sekitar 43% di antaranya mulai berinvestasi di usia 20-an. Data ini menunjukkan bagaimana generasi muda memiliki peran besar dalam tren finansial.

Nah, di bawah ini sudah ada beberapa istilah keuangan yang populer dan dipopulerkan oleh gen Z.

1. Financial healing

Istilah satu ini merujuk pada proses pemulihan mental setelah mengalami pengalaman buruk yang berhubungan dengan uang, seperti membayar utang dalam jumlah besar atau terjebak gaya hidup konsumtif.

Bagi gen Z, uang bukan hanya soal angka yang mengendap di rekening tabungan, tetapi juga soal perasaan. Dalam hal ini, financial healing membantu mereka untuk berdamai dengan masa lalu, lalu memulai perjalanan finansial baru yang lebih sehat.

2. Doom spending

Kamu pernah belanja online secara jor-joran hanya karena sedang stres? Itulah yang disebut dengan doom spending. Istilah ini populer di kalangan gen Z karena banyak dari mereka menjadikan kegiatan belanja impulsif sebagai pelarian dari rasa cemas atau stres.

Namun, kini perlahan makin banyak anak muda yang menyadari bahwa perilaku ini bisa berdampak buruk. Mereka pun mencoba mengatasinya dengan mengalihkannya ke aktivitas yang lebih positif, seperti olahraga, journaling, atau meditasi.

3. Loud budgeting

Jika biasanya orang menyusun anggaran secara diam-diam, gen Z justru melakukannya secara terbuka. Loud budgeting di sini merujuk pada sikap berani untuk bilang “tidak” pada ajakan nongkrong atau belanja secara berlebihan.

Dengan menerapkan strategi loud budgeting, mereka bisa menjaga kestabilan kondisi keuangan mereka tanpa harus terjebak dalam rasa bersalah. Di sisi lain, strategi ini juga mendukung budaya transparansi dalam pertemanan.

4. Girl math

Girl math merupakan istilah yang diciptakan oleh para penyiar radio di Selandia Baru. Istilah ini langsung populer di media sosial dan sering menjadi bahan candaan. Girl math merujuk pada kebiasaan menggunakan e-wallet yang rasanya seperti tidak mengeluarkan uang padahal sebenarnya mengeluarkan uang.

Meskipun terdengar konyol, girl math sebenarnya mencerminkan gaya hidup gen Z yang terlalu menormalisasi perilaku konsumtif. Namun dari fenomena ini banyak dari mereka mulai lebih disiplin dalam melakukan budgeting.

5.  Soft saving

Istilah keuangan gen Z yang berikutnya adalah soft saving. Istilah ini merujuk pada kebiasaan gen Z untuk menabung sedikit demi sedikit dalam nominal kecil tanpa harus mengorbankan kesenangan pribadi. Jadi, mereka tetap bisa jalan-jalan, beli kopi kekinian, atau mengikuti hobi selama tidak mengabaikan keharusan untuk menabung. Konsep ini sekaligus menunjukkan bagaimana generasi Z ingin menciptakan keseimbangan antara menikmati hidup saat ini dan menyiapkan masa depan.

6. Retail investing

Dulu, investasi identik dilakukan oleh mereka yang berduit. Sekarang, generasi muda seperti gen Z pun sudah bisa berinvestasi melalui aplikasi digital dengan modal kecil. Retail investing ini membuka peluang bagi siapa saja untuk bisa terlibat dalam kegiatan investasi, seperti membeli saham, reksa dana, atau bahkan kripto. 

7. No buy challenge

Istilah ini merujuk pada tantangan untuk tidak membeli barang yang tidak benar-benar dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu. Para gen Z bahkan suka berbagi pengalaman no buy challenge di media sosial sehingga terbentuklah komunitas yang saling mendukung. Hasilnya, banyak yang merasa lebih lega setelah berhasil mengurangi pengeluaran yang tidak perlu.

8. Sunk cost fallacy

Salah satu istilah keuangan gen Z yang kerap dilontarkan di media sosial adalah sunk cost fallacy. Istilah ini menggambarkan seseorang yang tetap melanjutkan pengeluaran karena sudah terlanjur mengeluarkan uang meskipun sebenarnya tidak memberikan keuntungan apapun. Sebagai contoh, tetap membeli sesuatu di kafe mahal hanya karena sudah antre lama. 

9. Snowball technique

Mungkin kamu pernah mendengar teknik ini sebagai salah satu teknik untuk melunasi utang. Menariknya, snowball technique juga bisa diterapkan sebagai strategi menabung. Jadi, kamu menabung dari jumlah kecil lalu bertambah besar seiring berjalannya waktu. Bagi gen Z, teknik satu ini dianggap sangat praktis karena bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan mereka yang fluktuatif. 

10. Anchoring bias

Anchoring bias merujuk pada kecenderungan orang yang terpaku pada angka pertama yang mereka lihat, contohnya harga diskon. Akibatnya, mereka tergoda untuk melakukan pembelian tanpa melakukan perhitungan total pengeluaran terlebih dahulu. Gen Z mulai menyadari adanya kecenderungan ini dan menggunakan istilah tersebut untuk menciptakan perilaku konsumsi yang lebih bijak.

Nah, itu tadi beberapa istilah keuangan gen Z yang mencerminkan realita kehidupan generasi muda saat ini yang sangat dekat dengan media sosial dan penuh tekanan finansial maupun sosial. Meskipun ada yang terkesan lucu dan nyeleneh, semua istilah di atas justru membantu para gen Z dalam memahami dinamika keuangan dengan bahasa yang lebih sederhana.

Leave a Reply