UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Menurut data, UMKM menyumbang sekitar 61,97% terhadap total PDB nasional dan mampu menyerap hingga 97% tenaga kerja. Namun, meskipun memiliki peran yang signifikan, faktanya banyak UMKM yang sulit untuk berkembang di era digital ini.
Seharusnya, era digital mampu menjadi peluang emas bagi para pelaku UMKM untuk menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan operasional bisnis, dan meningkatkan daya saing. Sayangnya, banyak faktor yang justru menghambat pertumbuhan mereka.
Buat kamu para pelaku UMKM dan merasa sulit untuk mengembangkan usaha di era digital ini, mungkin kamu mengalami beberapa hal seperti di bawah ini.
Banyak UMKM menghadapi kendala dalam hal permodalan. Padahal, untuk bisa tetap bersaing di era digital, UMKM harus melakukan investasi dalam pemasaran secara online. Pelaku UMKM juga harus berinvestasi pada infrastruktur teknologi dan pengelolaan bisnis berbasis digital. Sayangnya, akses terhadap permodalan sering kali menjadi tantangan besar.
Meskipun ada banyak program bantuan pemerintah maupun pinjaman dari lembaga perbankan maupun non-perbankan, banyak UMKM yang merasa kesulitan memenuhi syarat atau bahkan merasa takut dengan risiko utang. Akibatnya, mereka harus tertinggal dalam persaingan dengan bisnis yang memiliki modal lebih kuat.
Menyesuaikan diri dengan transformasi digital bukan hanya soal memiliki akun media sosial maupun marketplace untuk memasarkan produk secara daring. Pelaku UMKM juga harus belajar memahami strategi pemasaran digital, mengelola laman media sosial maupun marketplace mereka, mengoptimalkan SEO, dan memahami analisis data guna meningkatkan performa bisnis mereka.
Sayangnya, masih banyak pelaku UMKM yang masih kurang melek secara digital. Sekjen Asosiasi UMKM pada 2022 menyebutkan bahwa sekitar 70-80% pelaku UMKM di Indonesia masih belum melek digital. Kemungkinan besar mereka terbiasa dengan metode bisnis konvensional, merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi atau bahkan enggan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Kurangnya pemahaman soal era digital ini membuat para pelaku UMKM tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada secara maksimal. Akibatnya, bisnis mereka sulit untuk berkembang.
Era digital memang mampu membuka pintu bagi siapa saja untuk merintis usaha. Namun, hal ini juga membuat persaingan pasar makin ketat. Mau tidak mau, UMKM harus bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki strategi pemasaran yang jauh lebih matang dan sumber daya yang lebih banyak.
Sebagai contoh, dalam dunia e-commerce saat ini, produk dari UMKM kerap kali kalang saing dengan produk dari merek ternama karena perbedaan dalam teknik pemasaran, kualitas foto produk, hingga promosi yang lebih agresif. Akibatnya, meskipun UMKM sudah merambah ke platform digital, penjualannya tidak mengalami peningkatan yang signifikan.
Meskipun marketplace dan media sosial telah membuka akses ke pasar yang jauh lebih luas, tak semua UMKM mampu memanfaatkannya dengan optimal. Banyak yang masih mengalami keterbatasan dalam jaringan distribusi, logistik, dan bahkan pemahaman terkait cara menjangkau konsumen di luar daerah mereka.
Beberapa jenis produk UMKM juga memiliki tantangan tersendiri terkait pengiriman dan biaya logistik yang mahal. Hal ini membuat mereka mengalami kesulitan untuk bersaing dengan produk yang sudah terlebih dahulu memiliki jaringan distribusi lebih luas dan efisien.
Konsistensi kualitas produk merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam bisnis, terlebih bila kamu ingin membangun loyalitas konsumen. Sayangnya, tak sedikit UMKM yang masih menghadapi kendala dalam menjaga kualitas produk.
Sebagai contoh, produk yang dibuat secara manual atau home industri sering kali mengalami variasi dalam hal kualitas. Padahal, di era seperti sekarang ini, ulasan pelanggan sangat berpengaruh terhadap reputasi bisnis. Jika kualitas produk UMKM tidak konsisten, maka pelanggan bisa dengan mudah beralih ke kompetitor yang jauh lebih profesional.
Meskipun banyak tantangan, bukan berarti UMKM di Indonesia tidak mampu berkembang. Ada sejumlah strategi yang bisa diterapkan agar bisnis tetap mampu bertahan dan bahkan mampu bersaing di era digital.
Sebagai pelaku UMKM, tentu kamu harus mulai belajar tentang pemasaran digital, e-commerce, dan pengelolaan bisnis berbasis teknologi. Sudah cukup banyak platform yang menawarkan pelatihan gratis, seperti Google Garage, Akademi Shopee, atau bahkan program dari Kemenkop UKM.
Kamu juga bisa belajar tentang SEO, pemasaran di media sosial, hingga pengelolaan keuangan digital. Semua ini bisa sangat membantu kamu dalam meningkatkan efisiensi operasional bisnis dan menarik lebih banyak pelanggan.
Jika modal menjadi kendala utama kamu dalam mengembangkan usaha, kamu bisa mencari alternatif lain seperti pendanaan dari fintech, crowdfunding, atau bergabung dengan program bantuan dari pemerintah. Jangan takut untuk mencari pinjaman dana usaha selama kamu mampu menggunakannya dengan perhitungan matang.
Selain itu, kamu juga wajib menggunakan modal pinjaman tersebut secara efektif. Alokasikan pada hal-hal yang benar-benar diperlukan, seperti meningkatkan kualitas produk, kualitas pengemasan, atau mengoptimalkan strategi pemasaran digital.
Merek yang kuat bisa membuat bisnis kamu terlihat berbeda di tengah persaingan yang ketat. Merek yang kuat merupakan merek yang memiliki identitas jelas, value yang kuat, dan bisa diandalkan oleh konsumen. Merek yang kuat juga dapat membantu bisnis untuk meningkatkan jumlah penjualan, kepercayaan konsumen, dan bahkan melakukan ekspansi bisnis.
Kamu bisa mulai dengan menciptakan identitas merek yang jelas, konsisten dalam desain logo, tone komunikasi, hingga nilai yang ingin ditonjolkan. Kamu bisa menggunakan media sosial untuk membangun hubungan dengan pelanggan. Jadi, jangan hanya berjualan, kamu juga harus berinteraksi, memberikan edukasi, hingga membangun komunitas pelanggan yang loyal.
Kualitas produk yang baik bermanfaat dalam membangun kepercayaan pelanggan. Jika kamu menjual produk home industry, maka pastikan setiap produk yang dikirim memiliki kualitas yang sama. Jika memungkinkan, gunakan sistem quality control sebelum produk dikirim ke pelanggan.
Dengan menjaga kualitas produk, maka pelanggan juga akan lebih loyal dan bahkan kamu bisa mendapatkan ulasan positif yang bermanfaat dalam meningkatkan reputasi bisnis secara digital.
Mau tidak mau, kamu harus tetap berjualan di marketplace dan media sosial. Namun jangan sekadar berjualan, kamu juga harus menerapkan strategi yang optimal. Gunakan foto produk yang jelas dan menarik, deskripsi yang jelas, dan strategi promosi yang sesuai.
Selain itu, jika memungkinkan, kamu bisa memanfaatkan fitur seperti iklan berbayar di marketplace atau media sosial atau bahkan bekerja sama dengan influencer untuk meningkatkan visibilitas produk. Jangan lupa juga untuk selalu mengikuti tren dan algoritma terbaru dari platform yang kamu gunakan agar tidak tertinggal.
Jadi, era digital memang mampu membuka pintu peluang bagi siapa pun untuk memulai bisnis. Di sisi lain, era digital juga membawa tantangan bagi UMKM, seperti harus beradaptasi dengan perubahan dan persaingan makin ketat.
Namun dengan menerapkan beberapa strategi seperti di atas, UMKM tetap mampu bertahan dan bahkan bisa berkembang lebih pesat. Jadi, jangan takut dengan perubahan, justru kamu harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut demi keberlangsungan usaha.