Biaya Admin Naik, Apakah Bisnis E-Commerce Masih Menjanjikan?

Beberapa bulan terakhir, pebisnis di e-commerce mengeluhkan naiknya biaya admin penjualan. Hal ini lantas memunculkan pertanyaan apakah bisnis e-commerce masih menjanjikan.

E-commerce merupakan salah satu tonggak perekonomian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis ini mengalami perkembangan pesat. Didukung oleh meluasnya penetrasi internet dan perubahan gaya belanja masyarakat, platform seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan TikTok Shop menjadi pilihan menarik bagi banyak pegiat bisnis online.

Namun, ada satu tantangan yang beberapa bulan terakhir mulai dirasakan oleh para pedagang online, yakni naiknya biaya administrasi. Beberapa platform besar bahkan telah menaikkan biaya admin mereka sehingga berdampak pada margin keuntungan penjual.

Lantas, apakah bisnis e-commerce tetap menjanjikan meskipun biaya admin naik? Bagaimana strategi yang harus diterapkan oleh para penjual di tengah perubahan ini?

Biaya Admin E-Commerce Naik Terus, Kenapa?

Biaya Admin Naik

Kenaikan biaya admin di e-commerce terjadi bukan tanpa alasan. Platform digital ini pada umumnya membutuhkan dana yang tak kecil untuk terus mengembangkan sistem, meningkatkan layanan, dan operasional bisnis.

Berikut beberapa faktor yang menyebabkan biaya admin penjualan di e-commerce terus meningkat:

1. Biaya pemeliharaan infrastruktur dan teknologi

Perlu dipahami bahwa setiap harinya platform e-commerce harus mengelola jutaan transaksi. Mereka membutuhkan infrastruktur yang canggih agar seluruh layanan mereka berjalan dengan lancar dan tidak mengganggu proses transaksi penjual dan pembeli. Biaya seperti pengelolaan aset, pengembangan fitur, hingga keamanan data menjadi salah satu alasan mengapa terjadi kenaikan biaya admin.

Sebagai contoh, Shopee menaikkan biaya admin per 1 September 2024 untuk penjual kategori Non-Star, Star, dan Star+. Menurut data dari CELIOS, biaya admin e-commerce di Indonesia masih tergolong murah dibandingkan negara lain. Misalnya saja Malaysia, Lazada di negara tetangga ini mengenakan biaya admin sekitar 4-19%. Sementara itu, Amazon di Singapura mencapai 8-45% tergantung kategori produk.

2. Peningkatan layanan logistik dan pelanggan

Biaya admin juga digunakan untuk terus mengoptimalkan layanan pelanggan, seperti penyediaan live chat, pusat bantuan, hingga jaminan keamanan transaksi. Selain itu, kemitraan dengan pihak ekspedisi juga memerlukan investasi yang besar agar pelanggan tetap bisa menikmati fitur gratis ongkir dan barang bisa terkirim dengan lebih cepat, aman dan efisien.

Meskipun tidak ada data spesifik terkait persentase biaya operasional yang dialokasikan untuk logistik dan layanan pelanggan, data dari eCommerceDB menunjukkan bahwa pasar logistik e-commerce global diproyeksikan akan tumbuh menjadi 837 miliar dolar AS pada 2026. Ini menunjukkan bahwa logistik adalah komponen penting dalam operasional bisnis e-commerce.

3. Persaingan dan regulasi baru

Pemerintah Indonesia mulai memperketat regulasi bisnis e-commerce, khususnya dalam hal produk impor dan perlindungan konsumen. Menurut Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), regulasi ini bertujuan untuk melindungi produk lokal dan mencegah terjadinya praktik predatory pricing oleh pemain asing.

Misalnya, Shopee dan TikTok Shop yang harus menyesuaikan model bisnis mereka setelah pemerintah melarang live shopping yang menjual barang impor murah tanpa pajak. Akibatnya, mereka tetap menaikkan biaya admin agar tetap bisa bertahan dan mendukung regulasi pemerintah dalam mendukung keberlangsungan UMKM lokal.

Apakah Bisnis E-Commerce Masih Menjanjikan?

Meskipun biaya admin mengalami kenaikan, e-commerce di Indonesia masih memiliki prospek yang cerah. Berikut beberapa faktor yang membuat bisnis ini tetap menarik untuk dijalankan:

1. Pasar e-commerce terus berkembang

Menurut riset Google, Temasek, Bain & Company (2023), nilai GMV e-commerce di Indonesia mencapai 62 miliar dolar AS pada 2023 dan diperkirakan akan terus mengalami pertumbuhan menjadi 15% atau 82 miliar dolar AS pada 2025.

Selain itu, Momentum Works juga mencatat bahwa Shopee menguasai sekitar 48% pangsa pasar e-commerce di Asia Tenggara selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi kenaikan biaya admin, konsumen masih banyak yang tetap memilih belanja online karena kemudahan bertransaksi dan harga yang kompetitif.

2. Perubahan perilaku konsumen

Perubahan gaya hidup masyarakat, khususnya milenial dan generasi Z, juga menjadi faktor pertumbuhan e-commerce. Menurut data CELIOS, sekitar 52% populasi di Tanah Air saat ini adalah gen Z dan milenial yang sangat adaptif terhadap perkembangan teknologi dan belanja online.

Meskipun daya beli sempat mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi, permintaan terhadap produk kebutuhan pokok dan gaya hidup masih tetap tinggi di platform e-commerce. Promo Harbolnas dan tanggal kembar juga masih menjadi pendorong utama transaksi online.

3. Adaptasi penjual dengan strategi terbaru

Banyak penjual e-commerce mulai belajar beradaptasi terhadap strategi baru, seperti mengoptimalkan pemasaran digital, menggunakan fitur berbayar di platform, dan meningkatkan layanan pelanggan. Bahkan data IPSOS menunjukkan bahwa 62% konsumen masih merekomendasikan Shopee sebagai platform pilihan utama mereka, kemudian diikuti dengan Tokopedia (46%) dan TikTok Shope (42%).

Jadi selama penjual masih bisa terus berinovasi dan menyesuaikan harga jual dengan kenaikan biaya admin platform, bisnis e-commerce masih akan menguntungkan.

Tips Sukses Berbisnis E-Commerce

Biaya Admin Naik

Buat kamu yang ingin tetap untung meskipun biaya admin e-commerce naik, berikut beberapa strategi yang bisa kamu lakukan:

  • Fokus pada produk dengan margin keuntungan tinggi

Jangan hanya menjual produk dengan harga terjangkau. Pilihlah produk dengan nilai jual tinggi dan persaingan yang cenderung rendah agar keuntungan tetap maksimal. Misalnya, berjualan barang custom, aksesoris gadget yang sulit dicari di toko offline, atau mungkin produk-produk eksklusif.

  • Gunakan strategi pemasaran digital

Sebagai pebisnis digital, kamu bisa memanfaatkan media sosial, SEO, iklan digital, dan bahkan fitur live commerce pada platform e-commerce untuk menarik lebih banyak pelanggan. Data dari We Are Social menunjukkan bahwa 78% konsumen mencari ulasan produk di media sosial sebelum membeli.

  • Gunakan fitur berbayar

Platform e-commerce menawarkan beragam fitur promosi berbayar seperti Tokopedia Power Merchant dan Shopee Ads. Jika digunakan dengan tepat, fitur ini dapat meningkatkan visibilitas produk kamu dan bahkan meningkatkan konversi penjualan.

Jadi, bisnis e-commerce di Indonesia tetap menjanjikan meskipun ada kenaikan biaya admin. Pasar yang terus berkembang, perubahan perilaku konsumen, dan potensi pertumbuhan yang tinggi membuat e-commerce tetap menjadi salah satu peluang bisnis yang menarik di era ini.

Namun, penjual tetap harus cerdas dalam beradaptasi dengan perubahan yang ada. Harus ada strategi baru agar bisa tetap kompetitif dan menjamin bisnis tetap berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Leave a Reply