Tujuan utama melakukan investasi tak jauh-jauh dari mendapatkan keuntungan dan menyiapkan masa depan yang lebih aman. Namun, sebelum terjun lebih dalam, ada dua hal penting yang harus dipahami, yakni jenis-jenis investasi yang ada saat ini dan cara menghitung keuntungan investasi.
Mengapa? Alasannya sederhana, karena tanpa mengetahui instrumen yang kamu pilih dan bagaimana cara menentukan hasilnya, maka investasi malah justru membuat kamu merugi. Berdasarkan beberapa survei, banyak masyarakat Indonesia saat ini yang sudah mengenal investasi digital seperti reksa dana, P2P lending/financing, saham, obligasi, hingga emas digital.
Kendati demikian, produk investasi konvensional seperti emas, deposito, dan properti masih tetap diminati. Ini artinya, ada banyak sekali pilihan, tinggal bagaimana kamu memilihnya sesuai dengan tujuan keuangan dan profil risiko.
Di bawah ini ada beberapa jenis investasi sekaligus cara menghitung keuntungannya.
Deposito adalah salah satu instrumen investasi konvensional yang paling aman. Produk ini berbentuk simpanan berjangka dengan pilihan jangka waktu simpan mulai dari 1 bulan hingga 24 bulan. Keuntungannya berupa bunga yang telah ditetapkan di awal. Menariknya, dana deposito mendapatkan jaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga Rp2 miliar per nasabah per bank.
Untuk menghitung keuntungan deposito, berikut rumus sederhana yang bisa kamu gunakan:
Misalnya, kamu menyimpan dana Rp10 juta di deposito di suatu lembaga keuangan yang menawarkan bunga 4% tahun. Dengan kata lain, kamu akan mendapatkan keuntungan sebanyak Rp400 ribu sebelum pajak. Meskipun terkesan kecil, deposito bisa dijadikan pilihan buat kamu yang ingin investasi jangka pendek dengan risiko kecil.
Reksa dana merupakan produk investasi yang selama beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan jumlah investor. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang dilansir oleh Makmur, jumlah investor reksa dana per akhir Desember 2024 mencapai sekitar 14,03 juta. Jumlah ini naik dari sebesar 13,76 juta bulan November 2024.
Alasan di balik kenaikan jumlah investor reksa dana adalah karena modal awalnya relatif kecil. Di sini, dana kamu akan dialokasikan oleh manajer investasi ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, atau pasar uang. Keuntungan yang ditawarkan sangat bervariasi, bahkan bisa mencapai 20% per tahun, tergantung jenis reksa dana yang dipilih.
Sementara itu, cara menghitung keuntungan investasi reksa dana umumnya menggunakan nilai aktiva bersih (NAB). Jadi, jika NAB awal adalah Rp1.000 dan setelah setahun mengalami kenaikan menjadi Rp1.200, maka nilai investasi kamu bertumbuh sebesar 20%.
SBN diterbitkan langsung oleh pemerintah sehingga risikonya cenderung lebih rendah. Jenisnya beragam, ada Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Saving Bond Ritel (SBR), hingga Sukuk Ritel. Modal awal yang dibutuhkan tidak terlalu besar, biasanya mulai dari Rp1 juta.
Sementara itu, keuntungan dari SBN berasal dari kupon atau imbal hasil yang dibayarkan secara berkala. Cara menghitung keuntungannya cukup mudah. Kalau kamu membeli SBN dengan kupon 6% per tahun senilai Rp10 juta, maka kamu akan menerima keuntungan sebesar Rp600 ribu per tahun sampai jatuh tempo.
Emas merupakan instrumen investasi konvensional yang masih banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, emas merupakan safe haven karena nilainya cenderung stabil dalam jangka panjang. Bahkan dalam 10-20 tahun terakhir ini, harga emas cenderung mengalami kenaikan meskipun fluktuasi harga jangka pendek tetap ada.
Selain itu, bentuk investasi emas juga beragam, ada emas batangan, perhiasan, dan yang sedang populer akhir-akhir ini adalah emas digital. Bahkan data dari Bappebti pada Januari 2025 menunjukkan bahwa nilai transaksi pada emas digital mengalami kenaikan sebesar 6,81% menjadi Rp5,29 triliun dari yang semula Rp4,95 triliun pada Desember 2024.
Lebih lanjut, cara menghitung keuntungan investasi emas juga cukup mudah. Kamu hanya perlu mengurangi harga jual dengan harga beli. Misalnya, kamu membeli emas seharga Rp1,5 juta dan menjualnya kembali saat harga Rp1,7 juta. Maka selisih Rp200 ribu adalah keuntungan yang kamu dapatkan.
Saham adalah instrumen investasi dengan risiko dan potensi keuntungan paling tinggi. Dengan membeli saham, maka kamu memiliki bagian kepemilikan dari suatu perusahaan. Keuntungan saham bisa berasal dari dua sumber, yakni capital gain (selisih harga jual dan beli) dan dividen (pembagian laba perusahaan).
Untuk menghitung keuntungan investasi saham, bisa menggunakan rumus ROI:
Sebagai contoh, kamu membeli saham Rp1.000 per lembar lalu menjualnya Rp1.500. Maka keuntungan yang kamu dapatkan adalah 50%. Namun hati-hati, saham memiliki risiko yang tinggi jadi pastikan kamu benar-benar memahami produk investasi ini.
Peer to Peer Lending atau Financing memungkinkan kamu untuk bisa meminjamkan uang langsung ke individu atau UMKM melalui platform digital. Modal pendanaannya bervariasi, bahkan ada yang mulai dari Rp100 ribu saja.
Sebagai contoh, kamu melakukan pendanaan dengan modal Rp1 juta dengan bunga 12% per tahun. Setelah setahun, maka keuntungan yang bisa kamu dapatkan adalah Rp120 ribu. Namun, perlu diingat, pilih platform yang sudah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Forex merupakan produk investasi dalam bentuk perdagangan mata uang asing yang berlangsung selama 24 jam. Untuk menghitung keuntungannya, biasanya menggunakan selisih antara kurs jual dan beli.
Sebagai contoh, kamu membeli dolar AS di harga Rp15.000 dan menjualnya kembali di harga Rp15.200. Nah, selisih Rp200 per dolar inilah yang menjadi keuntungan kamu.
Jadi, itulah beberapa jenis dan cara menghitung keuntungan investasi. Ingatlah bahwa setiap instrumen memiliki tingkat risikonya masing-masing. Untuk itu, pilihlah yang sesuai dengan tujuan keuangan dan toleransi risiko kamu.