7 Kesalahan dalam Menjadi Pendana di P2P Lending

7 Kesalahan dalam Menjadi Pendana di P2P Lending

P2P lending atau peer-to-peer lending merupakan salah satu produk perkembangan industri keuangan. Financial technology satu ini telah mengubah cara masyarakat dalam meminjam dan memproduktifkan uang.

P2P lending bisa disebut juga sebagai metode yang memungkinkan orang-orang seperti kita bisa meminjamkan uang kepada individu atau badan usaha melalui platform daring. Bagi investor pemula, fintech satu ini menjadi wadah menarik untuk mengembangkan dana nganggur untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dibanding menabung secara konvensional.

Namun, seperti produk investasi lainnya, ada banyak risiko yang perlu diwaspadai. Nah, dalam artikel kali ini, kita akan membahas apa saja yang harus dihindari dalam menjadi pendana di P2P lending. Namun sebelum itu, simak dulu mengapa menjadi P2P lending cocok untuk memproduktifkan ‘uang dingin’.

Menjadi Pendana P2P Lending untuk Memproduktifkan Dana

P2P Lending

Adanya platform P2P lending telah memberikan peluang bagi individu untuk memanfaatkan dana mereka secara lebih produktif. Dengan menjadi lender atau pendana, kamu bisa menginvestasikan langsung uang kamu kepada peminjam tanpa perlu perantara seperti bank. Inilah yang membuat P2P lending makin populer di kalangan masyarakat yang ingin menjadi investor pemula.

Di samping itu, masih ada beberapa alasan lain mengapa banyak orang tertarik menjadi pendana P2P lending. Adapun alasannya adalah sebagai berikut:

1. Praktis

Dibandingkan produk investasi lain seperti saham, investasi di P2P lending cenderung lebih praktis. Untuk menjadi pendana, kamu hanya memerlukan beberapa klik di laman resmi P2P lending yang kamu pilih. Prosesnya relatif cukup singkat dan kamu bisa langsung mendapatkan imbal hasil dalam tenor yang cukup singkat.

2. Lebih fleksibel

Dengan menjadi pendana P2P lending, kamu bisa menentukan sendiri nominal, tenor, dan objek yang ingin didanai. Minimum nominal investasinya relatif rendah, umumnya bisa mulai dari Rp1 juta. 

Jangka waktu pendanaan juga dapat disesuaikan sendiri, mulai dari beberapa bulan hingga tahun. Pendana juga dapat memilih objek yang ingin didanai sesuai dengan profil mereka yang ditampilkan di platform P2P lending terkait.

3. Potensi imbal hasil lebih besar

Potensi imbal hasil investasi di P2P lending lebih menggiurkan dibanding instrumen investasi sejenis. Besarnya imbal hasil bisa mencapai sekitar 20%-30% per tahun sehingga cocok untuk dijadikan sumber pemasukan pasif.

7 Hal yang Harus Dihindari dalam Menjadi Pendana P2P Lending

P2P Lending

P2P lending memang menarik untuk dijadikan instrumen investasi, khususnya bagi pemula. Sayangnya, tak sedikit pendana yang justru tidak mendapatkan imbal hasil maksimal karena melakukan beberapa kesalahan dalam proses pendanaan. Berikut beberapa kesalahan tersebut dan wajib untuk dihindari bila kamu memutuskan untuk menjadi pendana P2P lending.

1. Tidak melakukan riset secara mendalam

Salah satu hal yang perlu dihindari dalam menjadi pendana P2P lending adalah tidak melakukan riset mendalam sebelum mendanai subjek peminjam. Riset yang mendalam adalah kunci untuk mengetahui tingkat risiko subjek yang ingin kamu danai.

Riset ini mencakup pemeriksaan profil peminjam, sejarah kredit mereka, dan tujuan penggunaan dana pinjaman. Tanpa adanya riset, kamu bisa berisiko mendanai subjek yang tidak memiliki kemampuan bayar yang memadai.

Untuk menghindari risiko ini, pastikan untuk meluangkan waktu untuk melakukan riset terhadap profil subjek yang ingin kamu danai. Pelajari sejarah kredit mereka secara saksama dan cek apakah mereka memiliki riwayat pinjaman yang buruk. Selain itu, pahami dengan benar tujuan penggunaan dana pinjaman mereka.

2. Tidak mengecek TKB90

Kesalahan selanjutnya yang kadang masih diabaikan oleh pendana P2P lending adalah tidak mengecek TKB90. Sederhananya, TKB90 adalah indikator keberhasilan P2P lending dalam merampungkan kewajiban pendanaan dalam kurun waktu 90 hari semenjak jatuh tempo.

Sesuai Pasal 29 Peraturan OJK 77/POJK.01/2016, setiap perusahaan fintech, tak terkecuali P2P lending wajib menampilkan nilai TKB90. Sebab, nilai ini dapat digunakan pendana dalam banyak hal, antara lain:

  • Sebagai bahan pertimbangan apakah P2P lending tersebut memiliki kemampuan pemberian imbal hasil yang baik.
  • Mengetahui risiko investasi.
  • Mengetahui tingkat risiko wanprestasi atau gagal bayar.

Umumnya, makin tinggi skor TKB90 suatu perusahaan pendanaan, maka makin bagus pula perusahaan tersebut. Dengan kata lain, calon pendana bisa mempertimbangkan untuk bergabung menjadi pendana di P2P lending tersebut.

3. Tidak melakukan diversifikasi portofolio

Kesalahan umum lainnya dalam menjadi pendana P2P lending adalah tidak melakukan diversifikasi portofolio. Padahal, diversifikasi adalah kunci untuk menekan risiko investasi. Jadi, saat kamu memutuskan untuk mendanai satu subjek saja, otomatis kamu berisiko kehilangan seluruh investasi kamu bila subjek tersebut ternyata mengalami gagal bayar.

Dengan melakukan diversifikasi, kamu bisa mendanai lebih dari satu subjek yang berpotensi memberikan imbal hasil tinggi. Hal ini juga dapat mengurangi risiko gagal bayar pada satu atau dua subjek.

4. Tidak memperhitungkan biaya tambahan

Beberapa platform P2P lending mengenakan biaya tambahan kepada pendana. Hanya saja, biaya ini kerap kali tidak diperhitungkan oleh pihak pendana saat menghitung imbal hasil investasi. Padahal, biaya tersebut dapat memengaruhi hasil investasi bersih yang diterima pihak pendana.

Jadi, pastikan untuk memahami dan mempertimbangkan semua biaya yang muncul dengan proses pendanaan kamu. Perhitungkan dengan baik agar kamu bisa mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai seberapa menguntungkannya kegiatan pendanaan ini.

5. Tidak menyiapkan exit strategy

Sebagai pendana, penting untuk memiliki exit strategy atau strategi keluar yang bagus. Strategi ini akan kamu perlukan bila kamu harus menarik kembali investasi kamu. Kesalahan yang sering terjadi adalah kamu membiarkan investasi kamu mengendap dalam jangka waktu yang tidak sesuai dengan tujuan kamu.

Guna menghindari kesalahan ini, pastikan kamu sudah mengetahui kriteria seperti apa yang mengharuskan kamu untuk menarik investasi kamu. Kemungkinan besar kamu harus menarik investasi bila subjek penerima pendanaan mengalami gagal bayar secara signifikan. Selain itu, pertimbangkan pula jangka waktu pendanaan kamu dan pastikan sesuai dengan kondisi finansial.

6. Tidak mengelola risiko kredit

Tidak mengelola risiko kredit dengan baik dapat mengakibatkan ketidaksiapan dalam menghadapi kemungkinan keterlambatan atau bahkan kegagalan dalam pembayaran pinjaman. Pendana yang bijak harus memiliki beberapa strategi efektif dan mau bekerja sama dengan platform P2P lending untuk mengelola risiko tersebut.

Sebelum menyiapkan strategi pengelolaan risiko, pendana juga wajib memahami jenis-jenis risiko kredit yang kemungkinan muncul dalam proses pendanaan. Ini agar pihak pendana bisa membuat keputusan investasi secara tepat.

7. Jarang memantau portofolio

Terakhir, kesalahan yang sering terjadi dalam pendanaan P2P adalah pendana jarang memantau portofolio. Perlu diketahui bahwa P2P lending adalah instrumen investasi yang aktif sehingga pendana harus aktif memantau kinerja pendanaannya. Kalau kamu tidak memantau portofolio secara teratur, kamu mungkin akan melewatkan masalah potensial yang bisa memengaruhi investasi kamu.

Untuk menghindari hal ini, pastikan kamu memiliki jadwal teratur untuk memeriksa portofolio investasi kamu. Ini bisa membantu kamu mengidentifikasi risiko lebih awal dan segera mengambil tindakan untuk melindungi investasi kamu.

Itulah tujuh kesalahan yang harus kamu hindari bila ingin menjadi pendana di P2P lending. Kalau kamu tertarik dengan instrumen investasi satu ini tetapi takut dengan risikonya, kamu bisa coba bergabung dengan Danasyariah. P2P lending satu ini menganut prinsip syariah sehingga sangat mengutamakan transparansi. TKB Danasyariah bahkan tembus 99.85%, lho.

Jadi, buat kamu yang mau memproduktifkan dana dingin, yuk kepoin Danasyariah sekarang juga.

Leave a Reply