Cara Menyeimbangkan Kehidupan Online dan Offline

Cara Menyeimbangkan Kehidupan Online dan Offline

Hidup di era digital seperti sekarang ini, interaksi secara online sudah bukan menjadi hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, seiring dengan meningkatnya aktivitas di dunia maya, maka risiko seperti adiksi membuat kehidupan nyata menjadi terganggu. Lantas, apa yang harus dilakukan agar hidup seimbang di tengah era digital ini?

Adiksi Interaksi Berbasis Online 

Menyeimbangkan Kehidupan

Adiksi atau kecanduan tak hanya berasal dari obat-obatan, alkohol, atau bahkan rokok. Banyak penelitian menemukan fakta bahwa kegiatan di internet, seperti di media sosial, ternyata juga menjadi salah satu pemicu adiksi di era sekarang. Berikut beberapa hal yang menyebabkan orang kecanduan media sosial.

1. Linimasa

Media sosial memiliki algoritma yang belajar dari setiap aktivitas pengguna di aplikasi terkait. Layaknya mata-mata, media sosial mengamati dan menganalisis semua yang dilakukan pengguna, seperti melihat, menonton, menyukai, dan mengomentari. Semua itu tujuannya agar algoritma bisa memberikan rekomendasi konten yang sesuai dengan aktivitas pengguna.

Perusahaan media sosial pada dasarnya tak peduli dengan efek buruk dari algoritma yang mereka gunakan. Bagi perusahaan teknologi, hal yang paling utama adalah konten-konten yang mereka pilih dapat mencuri perhatian pengguna sehingga bisa lebih lama menghabiskan waktu di media sosial mereka.

2. Dopamin

Coba tanyakan pada dirimu sendiri, apa yang kamu rasakan saat followers-mu bertambaha atau mendapatkan banyak “like” di media sosial? Pastinya senang kan dan mau lagi kan? Fitur-fitur ini membuat otak manusia mengeluarkan dopamin.

Dopamin merupakan hormon yang memengaruhi rasa bahagia. Bila terlalu banyak dopamin, maka bisa berdampak negatif, seperti mudah merasa gelisah bila tidak membuka akun media sosial.

3. Notifikasi

Pemasukan perusahaan media sosial berasal dari banyaknya jumlah pengguna. Itulah sebabnya, mereka menyematkan fitur notifikasi. Notifikasi ini tak hanya membuat pengguna sulit untuk berkonsentrasi saat melakukan kegiatan produktif. Dalam beberapa kasus tertentu, notifikasi media sosial justru bisa menyebabkan kondisi kecemasan, yakni notification anxiety.

Kecemasan tersebut muncul karena informasi yang masuk terlalu banyak dan terjadi secara terus menerus. Hal ini seolah-olah mengirimkan sinyal ke otak untuk tidak boleh ketinggalan dengan suatu pembahasan atau istilahnya fear of missing out (FOMO).

Pentingnya Keseimbangan Interaksi Online dan Offline

Menyeimbangkan Kehidupan

Terlalu sering terlibat dalam aktivitas online bisa mengganggu banyak aspek kehidupan seseorang. Secara mental, terlalu sering berinteraksi secara online bisa menyebabkan stres, kecemasan berlebih, dan bahkan depresi. Hal tersebut dipicu oleh dorongan untuk selalu mengikut apa yang sedang terjadi di luar sana meskipun itu bukan urusan kita.

Dari segi kesehatan fisik, terlalu sering menghabiskan waktu di depan layar gadget bisa menimbulkan masalah kesehatan. Adapun masalah kesehatan yang dimaksud antara lain adalah masalah penglihatan, gangguan tidur, masalah postur tubuh, dan masih banyak lagi.

Itulah sebabnya penting sekali untuk menjaga keseimbangan antara interaksi di dunia maya dan di dunia nyata. Dunia maya memang membawa banyak keuntungan, salah satunya adalah pekerjaan kreator konten. Namun bukan berarti pekerjaan tersebut mengharuskan kamu untuk selalu online 24/7.

Bagaimanapun juga manusia adalah makhluk sosial. Bila pekerjaan di dunia maya sudah selesai, cobalah untuk melakukan kegiatan di dunia nyata. Dengan begitu, hidup menjadi lebih seimbang dan kamu bisa tetap menikmati manfaat dari teknologi tanpa harus mengorbankan kesehatan mental maupun fisik kamu.

Tips Menciptakan Keseimbangan Interaksi Online dan Offline

Menyeimbangkan Kehidupan

 Berikut ini beberapa tips untuk menciptakan keseimbangan antara interaksi di dunia maya dan nyata.

1. Kenali gejala kecanduan media sosial

Penting sekali untuk bisa mengenali gejala kecanduan terhadap media sosial. Tanda-tanda adiksi bisa mencakup meningkatnya aktivitas di media sosial, mood mudah berubah setelah menggunakan internet, dan terjadi konflik di kehidupan nyata karena aktivitas di media sosial. 

Dengan menyadari gejala-gejala tersebut, kamu bisa segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi kecanduan. Misalnya dengan mengurangi intensitas membuat media sosial hingga kamu bisa menghapus akun media sosial kamu sendiri.

2. Atur prioritas

Buat prioritas dalam hidup kamu dengan cara membuat jadwal untuk berbagai kegiatan dalam waktu sehari. Hal ini termasuk waktu untuk belajar, bekerja, berinteraksi dengan keluarga atau, hingga waktu untuk diri sendiri.

Jangan biarkan kegiatan kamu di media sosial mengganggu tanggung jawab dan aktivitas di dunia nyata. Dengan memiliki prioritas seperti ini, maka bisa dipastikan bahwa kamu tidak akan terlalu terpaku pada apa yang terjadi di dunia maya dan tetap produktif.

3. Batasi penggunaan media sosial

Langkah selanjutnya untuk menciptakan keseimbangan hidup di era digital adalah dengan membatasi penggunaan media sosial atau waktu untuk online. Hindari penggunaan gadget, terutama sebelum tidur. Sebab, aktivitas ini dapat mengganggu kualitas tidur dan kesehatan tubuh maupun mental. Dengan membatasi waktu untuk online, kamu bisa mengurangi risiko kecanduan media sosial.

4. Lakukan kegiatan offline

Coba alihkan perhatian kamu ke aktivitas offline yang bermanfaat dan menyenangkan. Pilih kegiatan yang sesuai dengan minat kamu, misalnya memasak, olahraga, membaca, berkumpul bersama teman, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat digunakan untuk mendistraksi pikiran dari keinginan membuka media sosial. Dengan begitu, kualitas hidup dapat meningkat secara keseluruhan.

5. Hindari perbandingan sosial

Perbandingan sosial dapat dijelaskan sebagai kecenderungan cara berpikir untuk selalu membandingkan diri sendiri dengan individu lainnya. Tujuannya adalah untuk menetapkan suatu standar sosial yang harus dicapai seseorang.

Kecenderungan untuk selalu melakukan perbandingan sosial justru akan membuat seseorang merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Hal ini sering kali dipicu oleh kegiatan di media sosial. Kamu pasti sering melihat pencapaian orang lain yang diunggah di media sosial yang mana bisa membuat kamu merasa bahwa pencapaian orang tersebut adalah standar yang harus kamu capai juga.

Di satu sisi, kamu mungkin merasa iri dengan pencapaian orang lain. Jika hal ini terjadi secara terus-menerus, maka kamu sendiri yang akan merugi. Jadi, cobalah untuk perlahan-lahan menghindari kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Gunakan fitur “mute” untuk membisukan unggahan dari teman-teman kamu di media sosial. Dengan begitu, kamu akan merasa lebih tenang, fokus terhadap diri sendiri, dan tidak terpengaruh dengan standar yang tidak realistis yang ditetapkan oleh media sosial.

Jadi, hidup di era digital itu memang serba mudah. Kamu pun harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada sebagai bentuk bertahan hidup. Namun bukan berarti kamu harus terlarut dalam perkembangan, seperti terlalu sering membuka media sosial, hingga lupa dengan kegiatan di dunia nyata.

Untuk itu, menerapkan tips-tips di atas secara konsisten bisa membantu kamu menjalani hidup secara seimbang di tengah era digital yang serba cepat.

Leave a Reply