Pernah nggak kamu merasa uang gaji selalu habis bahkan sebelum gajian lagi atau mungkin kamu merasa tabunganmu tak kunjung bertambah padahal kamu sudah merasa mengurangi banyak pengeluaran? Mungkin inilah saat yang tepat untuk mengenal dan mencoba gaya hidup frugal atau frugal living.
Gaya hidup ini tak hanya menyangkut soal mengirit uang tetapi juga soal kesadaran, kendali diri, dan keputusan finansial yang lebih cerdas. Di tengah kondisi ekonomi yang makin kompleks dan banyak godaan konsumtif, frugal living hadir sebagai solusi yang bermanfaat.
Menjalani frugal living bukan berarti kamu harus pelit terhadap diri sendiri atau menolak menikmati hidup. Sebaliknya, frugal living mengajarkan kamu untuk lebih bijak dalam mengelola uang, mengutamakan kebutuhan di atas keinginan, dan menyelaraskan pengeluaran dengan prinsip-prinsip yang kamu pegang.
Alih-alih menjalani hidup serba minimalis tanpa makna, justru frugal living menekankan pentingnya kesadaran penuh dalam setiap pengeluaran. Jadi, kamu tidak hanya menghemat uang, melainkan juga belajar menghargai semua yang sudah kamu miliki dan menghindari pembelian yang bersifat impulsif dan sebenarnya tidak benar-benar kamu butuhkan.
Data menunjukkan bahwa pengguna platform pinjaman online di Indonesia didominasi oleh anak muda usia 19-34 tahun. Lebih mirisnya lagi, sebagian besar pinjaman tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif seperti belanja online atau liburan.
Mereka melakukan itu semua demi mendapatkan instant gratification atau kepuasan instan dan gaya hidup FOMO. Jika sudah terlanjur, anak-anak muda tersebut biasanya akan menyesal karena banyak tagihan dan gaji habis hanya untuk membayar pinjaman online.
Dengan harga-harga kebutuhan pokok yang terus melambung, tekanan tren media sosial yang menampilkan gaya hidup mewah, serta risiko utang konsumtif, frugal living tampaknya bukan lagi pilihan, tetapi keharusan. Hidup hemat tanpa harus pelit terhadap diri sendiri merupakan cara terbaik untuk menghindari jerat utang, menyiapkan masa depan finansial yang lebih aman, dan mengajarkan diri sendiri untuk lebih bijak dalam membuat keputusan-keputusan finansial.
Mengadopsi frugal living bukan hanya untuk mengendalikan pengeluaran kamu. Namun gaya hidup ini juga memberikan banyak manfaat jangka panjang, di antaranya:
Ketika kamu mampu membatasi pengeluaran dan lebih selektif dalam membeli barang (apakah termasuk kebutuhan atau keinginan), maka kecil kemungkinan buat kamu untuk terjebak dalam utang konsumtif seperti paylater. Selain itu, kamu juga lebih bisa mengendalikan diri untuk tidak melakukan pengeluaran demi kepuasan sesaat.
Dengan gaya hidup frugal, kamu bisa memiliki lebih banyak peluang untuk menabung atau bahkan berinvestasi. Keduanya ini sangat penting untuk mempersiapkan dana darurat atau mewujudkan impian jangka panjang, seperti membeli rumah, biaya pendidikan anak, atau bahkan persiapan dana pensiun.
Data menyebutkan bahwa sebanyak 45% kondisi stres yang dialami oleh manusia disebabkan oleh masalah keuangan. Efek dari kondisi ini jelas tidak main-main. Namun dengan menerapkan frugal living, masalah stres finansial ini bisa kamu hindari. Sebab, kamu tahu ke mana uangmu pergi, bebas utang, dan tidak pusing dikejar-kejar tagihan.
Menariknya, banyak orang yang menerapkan frugal living justru merasa hidup mereka jauh lebih puas. Sebab, ketika kamu tidak sibuk mengejar hal-hal konsumtif, maka kamu memiliki lebih banyak waktu dan energi untuk hal-hal yang benar-benar penting, seperti pengembangan diri, kesehatan, atau keluarga.
Mulai frugal living tak harus ekstrem dengan langsung memangkas semua pengeluaran. Kamu bisa mulai dari hal-hal kecil tetapi konsisten agar bisa menjadi kebiasaan. Berikut beberapa cara realistis untuk menerapkan gaya hidup ini:
Membuat anggaran yang realistis adalah kunci awal menerapkan frugal living. Dengan memiliki pegangan ini, maka kamu bisa memantau dan mengendalikan pengeluaran. Sebab, kamu memiliki patokan untuk membantu mengidentifikasi mana yang harus kamu prioritaskan dan mana yang sebaiknya kamu kurangi.
Hidup di era media sosial seperti saat ini memang banyak sekali tantangannya. Konten-konten di media sosial seolah menggoda kita untuk membuat pengeluaran yang sebenarnya tidak benar-benar kita butuhkan tetapi malah kita melakukannya demi mendapatkan kepuasan instan atau mengikuti tren.
Nah, jika kamu tergoda membeli barang yang sifatnya hanya keinginan, coba tunda dulu selama 30 hari. Biasanya, setelah menunggu, keinginan tersebut bakal hilang sendiri. Ini bisa jadi cara ampuh buat kamu untuk melawan pembelian impulsif.
Banyak sekali layanan yang menerapkan sistem berlangganan, seperti hiburan, olahraga, dan bahkan layanan taksi online. Coba periksa lagi apakah kamu benar-benar menggunakan semua layanan tersebut. Jika kamu tidak rutin menggunakannya, lebih baik dihentikan dulu atau jika masih membutuhkan, ganti ke layanan yang lebih murah.
Tips selanjutnya untuk menerapkan frugal living adalah dengan membuat tantangan untuk diri sendiri. Tantangannya adalah dengan tidak mengeluarkan uang sama sekali pada akhir pekan. Sebagai alternatifnya, kamu bisa melakukan aktivitas gratis dan menggunakan apa yang sudah ada di rumah kamu.
Frugal living memang identik dengan hidup serba hemat tetapi bukan berarti harus pelit terhadap diri sendiri. Kamu bisa memulai gaya hidup ini dengan mencoba mencari alternatif yang lebih terjangkau tetapi tetap berkualitas. Misal kalau kamu tinggal di Jabodetabek, kamu bisa menggunakan transportasi umum. Selain lebih hemat ongkos, naik transportasi umum juga membuat kamu lebih sehat karena lebih banyak jalan kaki. Kalau kamu mau belanja bulanan, kamu bisa memanfaatkan promo untuk mendapatkan harga yang lebih terjangkau.
Frugal living bukan tentang menyiksa diri dengan hidup serba irit. Justru, gaya hidup ini mengajarkan kamu untuk lebih sadar, bijak, dan selaras dengan tujuan finansial kamu. Di tengah kondisi sosial yang mendorong konsumsi secara berlebih, memilih untuk hidup hemat adalah tindakan yang tepat dan penuh dengan kesadaran.
Kamu tidak harus langsung melakukan gaya hidup ini secara ekstrem. Kamu bisa memulainya dari langkah-langkah kecil tetapi konsisten sampai akhirnya menjadi kebiasaan. Sebab, mengatur uang bukan soal berapa banyak yang kamu miliki, tetapi soal bagaimana kamu mengelolanya.