Membangun UMKM di era digital mengharuskan pelaku bisnis untuk memiliki eksistensi di jagat maya. Tujuannya bukan hanya untuk branding, melainkan juga untuk memperluas jangkauan pasar. Ada dua pilihan yang bisa kamu pilih, yakni membuat website sendiri atau membuka toko di marketplace. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tergantung pada kebutuhan bisnis dan sumber daya yang kamu miliki.
Namun, mana kira-kira yang paling cocok buat kamu? Perkara marketplace vs website sendiri bukan sekadar persoalan teknis, melainkan juga soal strategi jangka panjang.
Hingga saat ini, marketplace seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada sudah sangat familier di kalangan masyarakat. Pasalnya, mereka mampu menawarkan platform jual beli yang siap pakai dengan jutaan pengguna aktif setiap harinya. Bagi pedagang kecil, mereka bisa mulai berjualan tanpa harus membangun platform sendiri dari nol.
Sementara itu, website lebih memberikan keleluasaan bagi bisnis dalam membentuk branding identity, mengatur proses bisnis, hingga membangun relasi yang solid dengan konsumen. Namun, tentu saja, butuh usaha lebih untuk membuat dan mengelola situs web untuk bisnis. Biasanya, situs web lebih digunakan oleh bisnis-bisnis skala menengah ke atas.
Sementara itu, mantan Presiden Joko Widodo pernah menegaskan bahwa ekonomi digital Indonesia memiliki potensi yang besar di masa depan. Dalam acara Karya Kreatif Indonesia 2024, Jokowi menyebut ekonomi digital Indonesia akan mengalami pertumbuhan hingga 4 kali lipat atau sekitar 210-360 miliar dolar AS pada 2030.
Selain itu, transformasi digital ini akan melibatkan sektor bisnis skala besar dan UMKM. Jika seluruh pelaku UMKM di Indonesia yang jumlahnya 64 juta terjun ke dalam ekosistem digital, maka pertumbuhan ekonomi digital akan makin meroket. Itulah sebabnya digitalisasi sangat penting bagi para pelaku usaha, bahkan untuk pengusaha kecil.
Di antara marketplace vs website sendiri, keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Hingga saat ini, marketplace masih menjadi pilihan populer bagi banyak pedagang online, khususnya bagi yang baru memulai. Selain karena gratis dan aksesnya mudah, sistem marketplace juga sudah terintegrasi. Kamu bisa mengakses semuanya dalam satu platform, mulai dari pencarian produk, pembayaran, hingga pengiriman. Bahkan, ada fitur promosi gratis untuk meningkatkan visibilitas tokomu.
Kelebihan marketplace:
Kekurangan marketplace:
Melihat uraian di atas, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa marketplace lebih cocok untuk validasi awal dari sebuah ide bisnis. Namun, ingat, platform ini bukan milikmu. Jadi, jika marketplace mengubah algoritma mereka, menutup toko kamu karena melakukan pelanggaran, atau menaikkan komisi, maka kamu harus mengubah strategi penjualan bisnis kamu.
Website ibarat rumah digital milik bisnis kamu. Kamu bebas menentukan desain, strategi penjualan, hingga cara berinteraksi dengan pelanggan. Dengan website, kamu bisa membangun identitas brand yang lebih kuat untuk jangka panjang, terutama jika bisnis kamu termasuk skala menengah ke atas.
Kelebihan website:
Untuk bisa unggul dari website pesaing, otomatis situs kamu harus SEO-friendly dan bisa muncul di halaman pertama Google. Pasalnya, data menunjukkan 75% pengguna internet hanya mengklik hasil pencarian pada halaman pertama Google.
Namun, tentu saja, membangun website butuh effort dan dana yang tidak sedikit.
Kekurangan website:
Jadi, secara keseluruhan website lebih cocok untuk bisnis skala besar. Selain karena biaya operasionalnya lebih mahal, situs web lebih cocok untuk bisnis yang ingin membangun branding kuat di tengah persaingan pasar.
Kalau kamu baru mau coba-coba tanpa harus menanggung banyak risiko, marketplace bisa jadi pilihan yang tepat. Kamu bisa langsung jualan dan belajar memahami perilaku target konsumen. Namun, ingat, kamu berada di ekosistem milik marketplace.
Nah, kalau kamu mau membangun bisnis jangka panjang, ingin punya kendali penuh, dan bisa menciptakan brand yang kuat, maka pertimbangkan untuk mengembangkan website sendiri. Terlebih lagi, website sudah bisa diintegrasikan dengan marketplace dan media sosial secara bersamaan.
Perlu diingat, website lebih cocok untuk bisnis yang sudah berkembang atau berskala besar. Pasalnya, website lebih cocok untuk bisnis yang harus mengelola banyak produk, bisa menerima berbagai metode pembayaran, hingga ingin mengintegrasikan sistem customer relationship management (CRM) untuk pelayan pelanggan. Selain itu, biaya pembuatan dan pengelolaannya juga tidak bisa dibilang terjangkau bagi UMKM skala menengah ke bawah.
Bagi yang memiliki modal cukup, baik marketplace maupun website bisa kamu manfaatkan secara strategis. Misalnya, kamu bisa menggunakan marketplace untuk menjangkau konsumen baru, lalu arahkan mereka ke website milikmu untuk mendapatkan penawaran eksklusif, potongan harga, atau edukasi produk. Strategi ini sering juga disebut sebagai omnichannel dan terbukti efektif untuk meningkatkan penjualan sekaligus membangun loyalitas pelanggan.
Hanya saja, tetap perhatikan kebutuhan dan modal bisnis yang kamu punya saat ini. Marketplace vs website sendiri bukan dua hal yang saling menyaingi, melainkan bisa saling melengkapi untuk kebutuhan bisnis. Kamu hanya perlu memahami kekuatan dan kelemahan masing-masing, lalu sesuaikan dengan tujuan dan kondisi bisnis kamu.