Mengatur Keuangan secara Syariah untuk Finansial yang Berkeadilan

Mengatur Keuangan secara Syariah untuk Finansial yang Berkeadilan

Di era digital yang serba cepat seperti sekarang ini, persoalan keuangan menjadi salah satu isu penting yang perlu dihadapi oleh semua orang. Mampu mengatur keuangan dengan bijak dan adil menjadi tuntutan bagi setiap individu. Tujuannya tidak lain agar terhindar dari masalah finansial.

Bagi umat muslim, solusi yang dianjurkan adalah dengan mengatur keuangan berdasarkan prinsip syariah. Prinsip-prinsip ini menawarkan panduan untuk mewujudkan keselarasan antara kesejahteraan spiritual dan finansial yang berkeadilan.

Prinsip Keuangan Syariah

Mengatur Keuangan Syariah

Indonesia merupakan negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Jadi, dapat dimengerti bila keuangan syariah mulai memegang peran signifikan dalam perekonomian Tanah Air saat ini. Hal ini bisa dilihat dari menjamurnya layanan keuangan syariah, seperti bank, investasi, pembiayaan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan operasionalnya, layanan-layanan keuangan tersebut menerapkan prinsip-prinsip keuangan syariah. Beberapa prinsip tersebut juga penting diterapkan dalam mengatur keuangan pribadi. Adapun prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Larangan riba

Riba atau bunga adalah hal yang sangat dilarang dalam ajaran Islam karena dianggap sebagai salah satu sumber ketidakadilan. Prinsip satu ini melarang tindakan pemberian maupun penerimaan bunga dalam berbagai bentuk transaksi keuangan. Sebagai gantinya, agama Islam menganjurkan umat muslim untuk melakukan transaksi dengan prinsip bagi hasil atau bagi rugi.

2. Larangan gharar

Gharar merupakan ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam menjalankan suatu transaksi. Bila hal ini terjadi, maka pasti akan ada salah satu pihak yang dirugikan. Dalam Islam, semua transaksi yang mengandung gharar sangat dilarang karena bisa menyebabkan ketidakadilan.

3. Larangan maysir dan qimar

Maysir dan qimar merupakan istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada perjudian dan spekulasi. Kedua aktivitas ini dianggap sebagai sumber kerugian dan ketidakpastian. Tentu keduanya juga bertentangan dengan prinsip finansial yang berkeadilan dalam ajaran Islam. Oleh sebab itu, umat muslim diimbau untuk menghindari kegiatan perjudian dan spekulasi.

4. Larangan haram

Islam melarang semua jenis transaksi yang melibatkan barang maupun jasa yang dianggap haram. Di antaranya daging babi, makanan dan minuman beralkohol, dan sejenisnya. Transaksi semacam ini tak bisa dianggap halal atau sah dan bahkan bisa berdampak buruk terhadap kondisi finansial individu yang melakukan transaksi produk-produk tersebut.

5. Zakat dan infaq

Prinsip keuangan syariah yang selanjutnya adalah zakat dan infaq. Keduanya merupakan kewajiban bagi setiap orang muslim yang memiliki kekayaan dalam taraf tertentu. Untuk zakat, sifatnya adalah wajib bagi setiap umat muslim. Sementara untuk infaq, sifatnya tidak wajib tapi dianjurkan bagi umat muslim yang sudah berkecukupan.

Melalui zakat dan infaq, Islam menekankan pentingnya berbagi rezeki untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Tujuannya tidak lain adalah untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh kalangan masyarakat.

Mengelola Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah

Mengatur Keuangan Syariah

Mengelola keuangan berdasarkan prinsip syariah lebih dari sekadar menghindari riba atau investasi haram. Namun hal ini juga melibatkan aspek lain, seperti aspek sosial, etika, dan keadilan.

Pada dasarnya, prinsip keuangan syariah mengajarkan umat muslim untuk hidup dengan sederhana, bertanggung jawab dalam mengelola harta, dan menghormati hak orang lain. Nah, berikut adalah beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mengelola keuangan sesuai dengan prinsip syariah.

1. Bersikap adil dalam mengelola harta

Dalam mengelola keuangan, umat muslim dianjurkan untuk menghindari tindakan-tindakan yang merugikan. Contohnya seperti penipuan dan tindakan yang cenderung mengeksploitasi orang lain.

Semua kegiatan transaksi, seperti dalam bisnis dan investasi harus dilakukan dengan etika baik dan menghormati hak-hak semua pihak terkait. Dalam bisnis misalnya, pembagian keuntungan harus sesuai dengan hasil dan jumlah kontribusi masing-masing pihak.

2. Menghindari transaksi mengandung riba

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, riba adalah salah satu praktik yang dilarang dalam prinsip syariah. Prinsip ini berlaku dalam semua bentuk transaksi yang memberikan keuntungan dari pinjaman uang.

Sebagai gantinya, Islam mendorong transaksi berbasis bagi hasil yang adil bagi semua pihak yang terkait dalam transaksi tersebut. Dalam jenis transaksi satu ini, tak hanya keuntungan saja yang harus dibagi secara adil sesuai dengan kesepakatan tapi juga kerugian yang timbul.

3. Memilih lembaga keuangan syariah yang beretika

Dalam mengelola keuangan, biasanya kamu akan membutuhkan layanan dari lembaga keuangan syariah. Contohnya seperti layanan tabungan, deposito, investasi, dan pembiayaan. Agar sesuai dengan prinsip keuangan syariah, pilihlah lembaga yang benar-benar tidak melibatkan riba. Selain itu, pilih lembaga yang beretika baik dari sisi lingkungan maupun sosial.

4. Menabung dan berinvestasi

Prinsip keuangan syariah mendorong umat muslim untuk menabung dan berinvestasi guna menyiapkan kebutuhan di masa depan. Untuk itu, mulailah menabung sejak dini untuk mencapai tujuan-tujuan finansial jangka pendek, seperti biaya pendidikan. Selain itu, pertimbangkan pula untuk mulai berinvestasi sedikit demi sedikit untuk tujuan jangka panjang.

5. Transparansi dalam semua jenis transaksi keuangan

Dalam mengatur keuangan sesuai dengan prinsip syariah, penting bagi umat muslim untuk selalu mengutamakan transparansi dan kejujuran. Dalam transaksi jual beli rumah misalnya, semua pihak yang terlibat harus memahami hak dan kewajiban masing-masing sesuai dengan kesepakatan. Ini agar tak terjadi kesalahpahaman bila transaksi dinyatakan sudah selesai.

6. Berhati-hati dengan utang

Pada dasarnya, prinsip keuangan syariah mengajarkan umat muslim untuk menghindari utang kecuali dalam keadaan mendesak. Prinsip syariah menganjurkan umat muslim untuk menghindari pinjaman yang bersifat konsumtif atau hanya untuk memenuhi gaya hidup. Jika memang perlu, seperti untuk membangun rumah misalnya, pilihlah lembaga keuangan dengan prinsip syariah.

7. Berbagi dengan keluarga dan orang-orang yang membutuhkan

Prinsip syariah mendorong umat muslim untuk berbagi dengan sesama. Bila ada anggota keluarga yang menjadi tanggungan, maka utamakan terlebih dahulu anggota keluarga tersebut. Kalau sudah terpenuhi, barulah berbagi dengan orang-orang sekitar yang membutuhkan. Dengan berbagi, secara tidak langsung kamu ikut membantu mewujudkan kondisi finansial yang berkeadilan.

Sekali lagi, mengelola keuangan berdasarkan prinsip syariah lebih dari sekadar menghindari riba dan transaksi haram. Namun hal ini juga mencakup nilai-nilai etika, keadilan, dan sosial. Dengan menerapkan prinsip syariah dalam mengatur keuangan, niscaya kamu bisa mencapai finansial yang berkeadilan. Tak hanya adil untuk diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekeliling kamu.

Dengan prinsip syariah pula, kamu bisa menghindari transaksi yang merugikan. Selain itu, prinsip syariah juga bisa membantu mewujudkan kondisi finansial yang memberikan berkah dalam kehidupan di dunia maupun di hari akhir.

Leave a Reply