Tips Mengatur Keuangan untuk Keluarga Muda

Keluarga muda wajib memahami pentingnya mengatur keuangan untuk mewujudkan keuangan keluarga yang stabil. Simak caranya di sini.

Bagi sebagian orang, memulai kehidupan sebagai keluarga muda adalah salah satu momen dalam hidup yang penuh dengan kebahagiaan. Namun, di balik itu semua, ada tantangan baru yang harus tetap dihadapi, khususnya dalam mengelola keuangan.

Berbeda saat masih lajang, kini kamu dan pasangan sudah harus berbagi tanggung jawab dalam mengatur penghasilan, memenuhi kebutuhan keluarga, dan merencanakan masa depan. Tanpa adanya perencanaan yang matang, keuangan bisa menjadi salah satu sumber masalah dalam rumah tangga. Terlebih, biaya hidup terus mengalami peningkatan dan ini menuntut setiap orang untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan.

Oleh sebab itu, penting sekali bagi keluarga muda untuk belajar mengatur keuangan agar tetap stabil dan tidak terjebak dalam utang. Yuk, simak beberapa tips praktis dalam mengelola keuangan untuk keluarga muda dalam artikel berikut.

Tips Mengatur Keuangan untuk Keluarga Muda

Mengatur Keuangan

Di bawah ini beberapa tips praktis untuk mengatur keuangan khusus buat kamu yang baru saja menjalani kehidupan rumah tangga:

1. Tentukan tujuan keuangan bersama

Langkah pertama sebelum mengatur keuangan adalah kamu dan pasangan harus terlebih dahulu menentukan tujuan finansial kalian berdua. Apakah ingin membeli rumah dalam lima tahun ke depan? Atau mungkin kalian ingin memiliki dana darurat yang cukup sebelum memiliki anak? Dengan memiliki tujuan keuangan, maka kamu bisa lebih fokus dalam menyusun strategi pengelolaan keuangan.

Pastikan juga tujuan keuangan yang dibuat bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) sehingga lebih realistis dan dapat diwujudkan. Misalnya, kamu dan pasangan ingin menabung Rp10 juta dalam kurun waktu satu tahun untuk kebutuhan dana darurat atau melunasi utang dalam dua tahun ke depan.

2. Tetapkan anggaran yang jelas

Menyusun anggaran setiap bulan merupakan langkah penting dalam mengatur keuangan keluarga. Kamu bisa menggunakan metode 50-30-20:

  • 50% untuk kebutuhan pokok, seperti biaya makan, listrik, air, transportasi, cicilan rumah, dan lain sebagainya.
  • 30% untuk keinginan, seperti belanja, hiburan, atau liburan.
  • 20% untuk tabungan dan investasi.

Pastikan pula kamu mencatat semua pemasukan dan pengeluaran bulanan, sekecil apa pun itu. Dengan begitu, kamu bisa mengetahui apakah ada pengeluaran yang harus kamu kurangi sehingga keuangan keluarga tetap stabil dan kamu serta pasangan terhindar dari pemborosan.

3. Pisahkan rekening khusus untuk keuangan keluarga

Agar pengelolaan keuangan keluarga menjadi jauh lebih mudah, ada baiknya pisahkan rekening khusus untuk kebutuhan keluarga, tabungan, dan investasi. Dengan cara ini, kamu tidak akan tergoda untuk memakai uang yang seharusnya disimpan untuk keperluan mendesak.

Sebagai contoh, kamu dan pasangan memiliki rekening khusus untuk pemasukan dan pengeluaran rutin. Kamu juga memiliki rekening untuk tabungan dana darurat dan satu rekening lagi untuk kebutuhan investasi jangka panjang.

4. Siapkan dana darurat

Dana darurat adalah uang yang disisihkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak, seperti terkena PHK, biaya perawatan kesehatan, atau perbaikan rumah. Idealnya, jumlah dana darurat yang harus disiapkan adalah minimal 3-6 kali pengeluaran bulanan.

Bagi pasangan yang belum memiliki anak, dana darurat sekitar 6 kali pengeluaran setiap bulan sudah cukup. Namun jika sudah ada anak, sebaiknya dana darurat ditambah menjadi 9-12 kali pengeluaran bulanan.

5. Persiapkan dana pendidikan anak sejak dini

Jika kamu dan pasangan berencana untuk memiliki anak, jangan lupa untuk mulai menabung dana pendidikan anak sejak dini. Perlu dipahami bahwa biaya pendidikan di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jadi, makin cepat kamu menabung, makin ringan pula beban yang harus kamu hadapi di masa depan.

Ada banyak instrumen keuangan yang bisa kamu gunakan untuk menabung dana pendidikan anak, seperti tabungan khusus pendidikan, reksa dana, deposito, atau asuransi pendidikan. Kamu bisa memilih yang sesuai dengan kondisi finansial dan tujuan investasi keluarga kamu.

6. Investasi untuk masa depan

Selain menabung, kamu dan pasangan juga harus mulai berinvestasi guna meningkatkan aset dan mewujudkan kebebasan finansial. Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan kondisi keuangan keluarga, seperti reksa dana, emas, saham, deposito, atau mungkin properti.

Jika belum terlalu paham tentang investasi, pelajari dulu dasar-dasarnya sebelum memulai. Jangan mudah tergiur dengan iming-iming investasi yang menjanjikan keuntungan besar dalam waktu singkat. Sebab bisa jadi itu adalah investasi bodong.

Perlu diingat juga bahwa tidak semua keluarga muda memiliki kesempatan untuk bisa berinvestasi. Jadi, pastikan kamu memiliki penghasilan yang cukup sebelum memutuskan untuk berinvestasi.

7. Segera lunasi utang

Jika kamu atau pasangan memiliki utang, seperti cicilan kartu kredit atau mungkin pinjaman, usahakan untuk melunasinya secepat mungkin. Kamu bisa menggunakan metode debt snowball (melunasi utang dari yang terkecil terlebih dahulu) atau debt avalanche (melunasi utang dengan bunga yang tertinggi terlebih dahulu) agar beban finansial keluarga bisa berkurang lebih cepat.

Selain itu, hindari pula berutang untuk keperluan konsumtif, seperti belanja online. Jika memang kamu harus berutang, pastikan kamu bisa langsung membayarnya tanpa harus mengorbankan kebutuhan pokok.

Masalah Keuangan yang Dihadapi Keluarga Muda

Mengatur Keuangan

Meskipun kamu dan pasangan sudah berusaha untuk mengatur keuangan dengan baik, tidak bisa dipungkiri bahwa tantangan dalam keuangan pasti tetap akan ada. Biasanya, masalah keuangan yang kerap dihadapi oleh keluarga muda adalah kurangnya komunikasi finansial dengan pasangan.

Tak sedikit pasangan yang enggan membahas secara mendalam keuangan keluarga mereka karena cenderung ingin menghindari konflik. Padahal, komunikasi finansial sangat penting agar kamu dan pasangan bisa berkolaborasi dalam mengelola keuangan keluarga.

Menurut psikolog klinis, Denrich Suryadi, M.Psi melalui Kumparan, bila ada pasangan yang menutupi kondisi keuangan, maka hal ini bisa merusak hubungan mereka. Bahkan efek tidak jujur dalam keuangan bisa menyebabkan terjadinya perceraian.

Bukan hanya soal kurangnya komunikasi finansial, pasangan muda juga kerap dihadapkan dengan masalah gaya hidup yang tidak realistis. Mereka cenderung melihat media sosial sebagai tolak ukur gaya hidup yang harus mereka jalani. Padahal, kondisi keuangan mereka terkadang tidak memungkinkan untuk menjalani gaya hidup tersebut. Inilah sebabnya mengapa keluarga harus menjalani gaya hidup yang sesuai dengan isi dompet agar hidup lebih  tenang dan bahagia.

Intinya, keuangan keluarga yang stabil ada di komunikasi antar pasangan, sadar diri dengan kondisi keuangan, dan mampu mengatur keuangan dengan bijak. Jika semua ini bisa diterapkan, maka kamu dan pasangan bisa menjalani kehidupan rumah tangga yang lebih harmonis dan bebas dari masalah keuangan.

Leave a Reply