Tahun 2025 diprediksi bakal menjadi momentum besar bagi Indonesia dalam menarik banyak investasi asing, khususnya dari Amerika Serikat. Sejumlah perusahaan raksasa asal Negeri Paman Sam sudah menyatakan komitmen mereka untuk menanamkan modal di Tanah Air.
Salah satu yang paling disorot sejak tahun lalu adalah Apple. Melalui vendor resminya di Indonesia, Apple siap membangun pabrik AirTag di Batam dengan nilai investasi mencapai 200 juta dolar AS. Tak hanya Apple, sejumlah perusahaan AS lainnya juga diprediksi bakal menyusul. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia.
Lantas, apa saja dampak positif dari derasnya aliran investasi asing ini? Bagaimana kontribusinya terhadap ekspor, penciptaan lapangan kerja, hingga pertumbuhan ekonomi nasional?
Apple telah lebih dulu mengonfirmasi rencana investasi mereka di Indonesia. Perusahaan teknologi raksasa satu ini bahkan mulai membangun pabrik AirTag di Batam, Kepulauan Riau, dengan investasi awal senilai 200 juta dolar AS.
Targetnya, pabrik manufaktur AirTag Apple akan mulai beroperasi pada tahun 2026 mendatang. Proyek ini juga merupakan bagian dari rencana jangka panjang Apple untuk bisa mencapai total nilai investasi 1 miliar dolar AS di Indonesia.
Bukan hanya Apple, sejumlah perusahaan besar dari AS juga bersiap menanamkan modal mereka di Tanah Air pada kuartal pertama 2025. Menteri Investasi dan Hilirasi, Rosan Roeslani, melalui CNN Indonesia, mengungkapkan bahwa pembicaraan dengan sejumlah perusahaan asal AS telah dilakukan. Bahkan diyakini akan ada investasi besar masuk dalam waktu dekat.
Berikut beberapa sektor yang diprediksi akan mendapatkan investasi besar antara lain:
Dengan masuknya investasi dari perusahaan-perusahaan AS ini, Indonesia makin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu destinasi investasi yang menarik di kawasan Asia Tenggara.
Salah satu dampak positif paling signifikan dari adanya investasi ini adalah peningkatan jumlah ekspor Indonesia. Menteri Investasi melalui Liputan6 menyampaikan bahwa 65% dari hasil produksi pabrik Apple di Batam nantinya akan diekspor. Hal ini tentu saja dapat memberikan kontribusi besar terhadap neraca perdagangan nasional Indonesia.
Bayangkan, apabila pabrik Apple tersebut mampu mencapai target revenue senilai 1 miliar dolar AS dalam beberapa tahun ke depan, maka nilai ekspor Indonesia bisa mengalami kenaikan secara signifikan. Bahkan, ada proyeksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan, angka ini bisa mengalami peningkatan hingga 10 miliar dolar AS.
Bukan hanya Apple, sejumlah perusahaan asal AS lainnya juga diprediksi akan membawa dampak positif yang serupa, khususnya di beberapa sektor seperti teknologi dan elektronik, energi dan mineral, serta industri manufaktur dan otomotif.
Pada sektor teknologi dan elektronik, ekspor di bidang ini akan menambah nilai ekspor produk buatan Indonesia. Sementara itu di sektor energi dan mineral, adanya investasi seperti dari ExxonMobil dapat memperkuat ekspor sumber daya energi ke sejumlah negara. Untuk industri manufaktur dan otomotif, sektor ini terus akan berkembang seiring dengan meningkatnya investasi di Tanah Air.
Bukan hanya itu saja, seiring dengan meningkatnya ekspor RI, cadangan devisa negara juga akan mengalami peningkatan. Hal ini tentunya sangat penting karena bisa menjadi modal untuk stabilitas ekonomi nasional, khususnya dalam menghadapi kondisi ketidakpastian global.
Masuknya investasi ke pasar Indonesia dari perusahaan-perusahaan AS tak hanya berdampak positif terhadap ekspor, tetapi juga turut menciptakan ribuan lapangan kerja baru bagi banyak tenaga kerja di Indonesia.
Sebagai contoh, proyek pabrik AirTag Apple di Batam diproyeksikan akan mampu menyerap lebih dari 2.000 tenaga kerja. Jika investasi ini terus berlanjut dengan adanya ekspansi pabrik atau hadirnya vendor-vendor Apple lainnya, maka jumlah lapangan kerja yang terbuka di Tanah Air bisa bertambah lebih banyak lagi.
Sektor lain seperti energi dan gas bumi, manufaktur dan otomotif, serta industri kreatif dan digital juga diprediksi akan menyerap lebih banyak tenaga kerja seiring dengan meningkatnya investasi asing di sektor-sektor tersebut.
Namun, perlu dipahami bahwa ini semua lebih dari sekadar jumlah. Investasi asing seperti dari AS juga diharapkan dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja di Indonesia. Tak sedikit perusahaan asing yang berinvestasi di Tanah Air juga turut membawa program-program seperti pelatihan tenaga kerja dan pengenalan teknologi. Dengan begitu, SDM Indonesia menjadi bisa lebih siap dalam menghadapi persaingan global.
Meskipun investasi asing seperti dari Apple dan ExxonMobil menjanjikan peningkatan angka ekspor dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia, ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut tak lain adalah aksi premanisme dan intimidasi oleh organisasi masyarakat (ormas) yang dapat menghambat realisasi rencana investasi tersebut.
Laporan terbaru bahkan mengindikasikan bahwa investor asing, seperti dari Jepang dan Korea, terpaksa harus menghentikan operasional mereka setelah mendapatkan tekanan dan intimidasi dari ormas lokal.
Selain itu, praktik pungutan liar dan campur tangan preman dalam proyek-proyek investasi juga menjadi hambatan besar bagi investor asing. Guna memastikan bahwa investasi asing bisa berjalan lancar dan memberikan manfaat maksimal bagi Indonesia, tentu pemerintah harus mengambil langkah tegas dalam memberantas premanisme ini dan memastikan kepastian hukum bagi para investor.
Tanpa adanya upaya konkret dalam mengatasi tantangan ini, maka potensi peningkatan ekspor hingga penciptaan lapangan kerja dari permodalan asing mungkin tidak bisa diwujudkan sepenuhnya. Untuk itu, pemerintah harus memiliki komitmen tegas dalam menciptakan iklim investasi yang aman dan kondusif. Dengan begitu, Indonesia bisa menarik lebih banyak investasi asing yang akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.