Rendahnya Kesadaran Privasi dalam Budaya Komunikasi di Indonesia

Kamu sering dikepoin soal urusan pribadi kamu, seperti kapan lulus, kapan nikah, dan sebagainya dan kamu merasa tidak nyaman? Kalau iya, artikel ini buat kamu.

Di Indonesia, ada satu fenomena sosial yang hampir semua orang pernah alami. Fenomena ini terjadi saat berkumpul bersama keluarga atau teman lama, pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya pribadi kerap terlontar tanpa ada filter sedikit pun. “Kapan nikah?” “Kerja apa?” “Sudah punya anak?” dan sebagainya, seolah-olah semua informasi tersebut adalah konsumsi publik.

Bagi sebagian orang, pertanyaan semacam itu mungkin dianggap sebagai basa-basi. Namun, bagi yang ditanya, ini bisa menjadi momen yang sangat tidak nyaman, bahkan sangat menyakitkan. Di era digital seperti sekarang, privasi seharusnya menjadi hal yang sepatutnya dihargai. Namun ironisnya, privasi menjadi hal yang diumbar dan mahal harganya.

Bukan hanya dalam berinteraksi secara sosial, privasi juga makin tergerus dalam dunia virtual. Para pengguna media sosial mengumbar privasi keluarga dan bahkan perusahaan teknologi memanfaatkan data pribadi pengguna untuk diperdagangkan tanpa izin. Sayangnya, masih banyak sekali masyarakat Indonesia yang kurang peduli akan pentingnya menjaga privasi dan tidak kepo dengan privasi orang lain.

Rendahnya Kesadaran Privasi

Mahalnya Privasi di Era Modern

Dengan pesatnya perkembangan teknologi saat ini, hampir semua aspek kehidupan terdigitalisasi. Mulai dari kegiatan belanja, transaksi keuangan, hingga komunikasi, semuanya terhubung dengan internet. Namun tentu ada harga yang harus dibayar, yakni data pribadi menjadi komunitas.

Menurut Paw Research Center yang dilansir oleh Republika, para pakar memprediksi bahwa di masa depan nanti, hanya orang-orang kaya yang mampu menikmati privasi dengan baik. Hal ini karena perusahaan dan pemerintah akan makin memperketat pengawasan terhadap segala bentuk aktivitas digital masyarakat. Mereka juga mengumpulkan data pengguna tanpa disadari oleh pemiliknya.

Fenomena ini bisa makin parah apabila masyarakat tidak meningkatkan kesadaran terkait perlindungan data pribadi. Contohnya saja masyarakat Indonesia yang cenderung gemar bermain media sosial dan membagikan informasi sensitif di media sosial tanpa mempertimbangkan risikonya. Bahkan sekadar foto pribadi bisa menjadi bumerang bagi para pengguna.

Ironisnya, meskipun dunia makin sadar akan pentingnya kebijakan terkait perlindungan data pribadi, Indonesia justru masih ketinggalan jauh dalam hal ini. Memang sudah ada UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), tetapi implementasinya masih belum optimal. Bukan hanya masalah privasi di internet, bahkan di kehidupan sosial pun Indonesia masih sangat kurang.

Orang Indonesia Hobi Menjajah Privasi Orang Lain

Mungkin kamu penasaran mengapa orang Indonesia sangat kepo dengan kehidupan pribadi orang lain. Salah satu faktor penyebabnya adalah budaya kolektif yang sangat mengakar di Indonesia. Di satu sisi, kolektivisme memang positif tetapi juga ada sisi negatifnya ketika diterapkan tidak sesuai dengan tempatnya.

Dalam budaya kolektif, kehidupan orang lain dianggap sebagai bagian dari suatu komunitas. Akibatnya, tidak ada batasan yang jelas antara kepentingan bersama dan urusan pribadi. Momen-momen seperti kumpul keluarga atau reuni menjadi momen yang menyeramkan bagi banyak orang yang tidak ingin mengumbar privasinya.

Orang-orang yang tidak paham dengan batas-batas privasi sering kali menganggap pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan pribadi sebagai bentuk perhatian. Mereka tidak menyadari bahwa cara bertanya mereka bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Fenomena ini juga kerap terjadi di media sosial. Misalnya, saat seorang artis yang sering membagikan foto dengan pacarnya tiba-tiba semua foto tersebut hilang dan netizen langsung berbondong-bondong bertanya, “Putus ya?” atau “Kenapa ga ada fotonya si A lagi?” Rasa ingin tahu yang berlebihan ini kerap kali melanggar batas privasi orang lain.

Di lingkungan kerja juga sering terjadi hal seperti ini. Banyak karyawan yang merasa tidak nyaman ketika muncul pertanyaan dari kolega seperti soal gaji, status pernikahan, hingga alasan mengambil cuti. Padahal semua informasi tersebut bersifat pribadi dan tak seharusnya dikorek oleh rekan kerja.

Pentingnya Menghargai Privasi Orang Lain

Meskipun budaya Indonesia terbiasa dengan keterbukaan, bukan berarti kita bisa sembarangan mengorek informasi pribadi orang lain. Sebab menghargai privasi orang lain bukan hanya soal etika, tetapi juga soal membangun hubungan yang lebih sehat dan nyaman.

Di bawah ini beberapa cara yang bisa mulai dilakukan untuk belajar menghargai privasi orang lain:

1. Berpikir sebelum bertanya

Sebelum bertanya soal kehidupan pribadi orang lain, tanyakan pada diri sendiri terlebih dahulu apakah pertanyaan ini benar-benar perlu dan apakah orang tersebut akan merasa nyaman dalam menjawabnya. Jika kamu ragu, lebih baik hindari. Biasakan untuk berempati, tempatkan dirimu di posisi orang tersebut jika orang lain mengorek privasimu.

2. Jangan menganggap semua orang nyaman berbagai hal-hal privat

Setiap orang memiliki batasan privasi yang berbeda-beda. Ada yang nyaman berbicara soal kehidupan pribadinya, ada juga yang lebih menjaga privasinya. Menghormati perbedaan ini merupakan kunci komunikasi yang sehat.

3. Jangan menyebarkan informasi pribadi orang lain

Jika kamu dipercaya seseorang untuk menjadi pendengar cerita pribadi mereka, jangan pernah menyebarkannya ke orang lain. Hal ini berlaku baik dalam percakapan di kehidupan nyata maupun di media sosial.

4. Kurangi rasa kepo

Tak semua hal yang terjadi di media sosial maupun di kehidupan sosial harus dikomentari atau dipertanyakan. Jika seseorang memilih untuk tidak membagikan sesuatu dan bergaul sewajarnya, itu adalah hak mereka.

Jadi, privasi bukan sekadar hak individu dan bukan sekadar menjaga diri sendiri, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap privasi orang lain. Di era digital yang serba terbuka ini, menjaga privasi menjadi hal yang sangat mahal.

Sebagai masyarakat, tentu kita harus mulai membiasakan diri untuk tidak kepo dengan urusan orang lain dan menghargai batasan pribadi mereka. Mulailah dengan hal kecil seperti tidak bertanya soal urusan pribadi yang tidak relevan, sadar dengan jejak digital, dan bahkan mendukung kebijakan terkait perlindungan data pribadi.

Jika lain kali kamu bertemu dengan keluarga besar atau teman lama, cobalah untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya terlalu pribadi. Percakapan yang santai dan tidak menjajah privasi justru akan membuat hubungan menjadi lebih sehat.

Leave a Reply