Saat ini, memiliki aset yang produktif sudah menjadi hal yang lumrah. Tak jarang ketika berkumpul dengan kolega kantor atau teman dekat, obrolan soal menambah aset jadi topik hangat. Belum lagi kalau ada teman yang bercerita tentang hasil yang dicapai, setelah ‘mempekerjakan’ aset-aset yang dimiliki. Selepas itu, seringkali timbul perasaan kagum tapi insecure sehabis mendengar kisah sukses orang-orang di sekitar.
“Wah, Pak Saeful keren banget! Nggak nyangka punya passive income setiap bulan.”
“Hooo ternyata Bu Wati cerdas juga, ya, bisa menyisihkan uang bulanan ke pos uang dingin.”
“Ya ampun, ternyata begitu cara Rahman dapat imbal hasil dari Dana Syariah. Menarik juga..”
Namun satu hal yang harus diingat; di balik portofolio aset yang keren, ada banyak usaha dan risiko yang harus dilalui. Begitu juga ketika Teman Syariah mendengar kisah para Pendana Sultan, yang mendapat imbal hasil lebih dari ratusan juta setiap tahunnya dari Dana Syariah. Seperti apa sih, usaha dan risiko yang harus dijalani Pendana Halal? Berikut ulasannya:
Jika Teman Syariah sudah beritikad untuk jadi Pendana Halal, maka aturan dasar yang harus dipahami adalah seluk-beluk P2P Financing. Mulai dari akadnya, sistemnya, hingga mitigasi risiko yang dijalankan. Memperdalam ilmu pengetahuan tentang P2P Financing dapat menghindarkan Teman Syariah dari potensi kerugian yang tidak diinginkan.
Uang dingin merupakan suatu istilah untuk uang yang tidak digunakan dalam jangka waktu lama dan bukan merupakan uang kebutuhan harian yang terus dibelanjakan. Sebelum memutuskan melakukan pendanaan, uang dingin harus dikumpulkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan supaya pendana tidak mengalami ketergantungan pada dana ini, sehingga dapat berpikir secara rasional apabila ada isu-isu kurang baik yang menerpa perusahaan.
Strategi pendanaan diperlukan untuk mendapatkan imbal hasil maksimal, terlebih dalam memilih proyek. Strategi ini berbeda-beda di setiap profil risiko pendana. Bagi pendana pemula, strategi yang dapat diterapkan adalah memilih proyek dengan tenor pendek dan melakukan pendistribusian dana ke beberapa proyek. Hal ini supaya pendana pemula dapat memahami sistem pendanaan secara keseluruhan beserta mekanisme imbal hasilnya. Hal ini berbeda dengan pendanaan dengan profil risiko agresif, karena sudah berpengalaman, pendana jenis ini langsung memilih proyek dengan imbal hasil paling menarik dan tidak ragu-ragu dalam mengalokasikan sejumlah dana.
Penting tapi sering dilupakan: bersabar. Terkadang, saking semangatnya untuk mendapatkan imbal hasil yang produktif dan berkah, seorang pendana menjadi tidak sabar dalam melakukan pendanaan. Padahal, manfaat dari fintech jenis Peer to Peer Financing (P2P Financing) baru dapat dirasakan setelah tenor usai. Tenor yang ada di Dana Syariah dimulai dari yang paling singkat yakni 2 bulan sertap paling lama 12 bulan. Adanya waktu tenor ini dikarenakan dana yang kita produktifkan sedang digunakan untuk menjalankan usaha oleh lender atau penerima pembiayaan yang merupakan pengusaha properti. So, perbanyak stok kesabaran yaa wahai Pendana Halal!
Belajar finansial tidak bisa dikebut dalam satu malam saja. Pun meski kita merupakan seorang pendana di satu atau dua instrumen keuangan tertentu, kita juga harus paham mengenai pergerakan dunia finansial supaya bisa melakukan analisis keuangan yang berimbas baik pada pendanaan yang sedang dilakukan. Kita jadi cenderung dapat berpikir logis dan tidak impulsif.
Itulah beberapa poin yang harus dimiliki, dipelajari, dan dipahami oleh para Pendana Halal agar pendanaan yang dilakukan bisa memberikan hasil optimal. Memang tidak semanis yang terlihat di permukaan, tapi percayalah dengan ikhtiar dan ketekunan insya Allah jalan yang berkah dan mudah akan selalu terbuka bagi Teman Syariah.
Yuk, daftar jadi Pendana Halal dengan download aplikasi Dana Syariah baik di AppStore maupun Playstore, dan ikuti media sosial Dana Syariah untuk mendapatkan info terbaru dan menarik setiap harinya!