Tech Winter Menyerang, 7 Startup Proptech Ini Masih Bertahan

Tech Winter Menyerang, 7 Startup Proptech Ini Masih Bertahan

Akhir-akhir ini, fenomena tech winter sedang menjadi sorotan utama, khususnya bagi para pelaku industri ekonomi digital. Di tengah kondisi perekonomian global yang melemah, banyak perusahaan startup teknologi harus berhadapan dengan sejumlah kesulitan yang pada akhirnya memicu kekhawatiran terkait potensi kebangkrutan. Kondisi ini juga dihadapi oleh sejumlah startup proptech (property technology) di Indonesia. Kendati demikian, masih ada cukup banyak startup proptech yang bertahan di tengah badai tech winter.

Apa Itu Tech Winter?

Startup Proptech

Tech winter menjadi istilah yang makin mencuat dan menghantui perusahaan startup teknologi di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Di tengah kondisi yang penuh dengan ketidakpastian, kondisi tech winter menunjukkan adanya penurunan drastis dalam pendanaan dan minat investor terhadap startup. Akibatnya, muncul tantangan bagi pertumbuhan dan kelangsungan sektor startup.

Di Indonesia, dampak fenomena tech winter terasa cukup kuat sehingga menimbulkan fluktuasi ekonomi di tengah-tengah sektor startup. Menurut mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G Plate, kondisi tersebut erat kaitannya dengan menurunnya tren pendanaan pada startup digital di kawasan Asia, yakni mencapai sekitar 60%. Pandemi COVID-19 dan masalah geopolitik menjadi pemicu utama sehingga perusahaan teknologi rintisan sulit untuk berkembang.

Di Indonesia, dampak tech winter tak hanya dirasakan oleh para pebisnis dan investor, tetapi juga dalam ekosistem startup itu sendiri. Berikut beberapa dampak dari tech winter di Indonesia:

1. Gelombang PHK massal

Pengurangan karyawan melalui gelombang PHK massal menjadi pemandangan umum akhir-akhir ini di berbagai startup di Indonesia. Hal ini menciptakan ketidakpastian di antara para pekerja dan meningkatkan jumlah pengangguran. Selain PHK, tak sedikit pula startup digital yang harus gulung tikar, termasuk startup di sektor proptech.

2. Menurunnya daya saing global

Dengan menurunnya tingkat pendanaan, startup Indonesia kemungkinan besar akan kesulitan untuk bisa bersaing di tingkat global. Beberapa perusahaan yang memiliki potensi besar kemungkinan harus menunda atau bahkan mengurangi upaya untuk melakukan ekspansi nasional maupun global.

3. Berpotensi kehilangan SDA berkualitas

Tingkat persaingan di tengah fenomena tech winter dapat menyebabkan perusahaan startup kehilangan SDA berkualitas. Sebab, masing-masing startup akan bersaing mendapatkan SDA bertalenta dengan menawarkan gaji yang lebih tinggi dari kompetitor. Akibatnya bagi perusahaan adalah SDA akan mencari peluang di perusahaan lain sehingga posisi di startup tersebut kemungkinan akan sulit diisi kembali dengan karyawan yang berkualitas.

Lantas, apa yang harus dilakukan startup digital dalam menghadapi tech winter? Mau tidak mau, perusahaan startup harus berani berinovasi, berkolaborasi, dan menemukan cara-cara kreatif untuk tetap bertahan dalam kondisi yang penuh dengan ketidakpastian. 

Langkah-langkah strategi seperti melakukan diversifikasi pendanaan, fokus pada peningkatan efisiensi operasional, dan peningkatan nilai produk dapat menjadi salah satu kunci utama untuk tetap bertahan di tengah badai tech winter.

Daftar Startup Proptech yang Masih Bertahan

Startup Proptech

Berbicara soal startup di bidang properti teknologi, ada beberapa yang sayangnya sudah gulung tikar akibat kondisi tech winter. Kendati demikian, masih cukup banyak startup proptech yang hingga kini masih bertahan, berikut di antaranya:

1. 99.co

99.co merupakan startup properti yang berdiri di Indonesia sejak tahun 2014. Perusahaan satu ini fokus pada pemberian layanan yang dapat mempermudah pengguna dalam mencari berbagai jenis properti hunian. Layanan ini bisa diakses oleh pengguna yang ingin menjual maupun membeli properti melalui situs atau aplikasi 99.co.

Tak hanya itu, platform 99.co juga dilengkapi dengan fitur Kalkulator KPR. Fitur tersebut dapat digunakan untuk melakukan perhitungan cicilan KPR. Selain itu, untuk mengetahui persebaran produk-produk properti di seluruh wilayah Indonesia, terdapat fitur Pencarian Peta.

2. Mamikos

Mamikos adalah salah satu platform digital khusus untuk mencari indekos di seluruh wilayah Indonesia. Didirikan pada November 2015 oleh Maria Tegina Anggit Tut Pinilih, platform Mamikos rutin melakukan perkembangan dan berupaya untuk menjadi jembatan antara pemilik dan pencari indekos.

Mamikos juga dilengkapi dengan beberapa fitur anyar. Adapun fitur tersebut antara lain singgahsini dan mamirooms yang makin mempermudah pengguna untuk mencari indekos yang dapat disewa secara harian.

3. Lamudi

Lamudi merupakan situs yang dapat membantu pengguna untuk mencari informasi properti. Informasi yang dimaksud di sini bisa berupa informasi soal rumah dijual, tanah, hingga properti komersial lainnya.

Lamudi sendiri didirikan pada 2014 silam dan sekarang dipimpin oleh Mart Polman sebagai CEO. Untuk mempermudah pengguna, Lamudi hadir dengan berbagai fitur menarik, seperti fitur listing, maps, dan archive untuk melihat daftar properti yang dijual dan mencari properti sesuai nama daerah.

4. Pinhome

Startup proptech selanjutnya yang masih bertahan hingga saat ini adalah Pinhome. Perusahaan satu ini didirikan pada tahun 2019 oleh Ahmed Aljuneid dan Dayu Dara Permata. Pada tahun 2022, perusahaan ini memperoleh pendanaan seri B senilai Rp719 miliar, angka yang cukup fantastis untuk startup Indonesia.

Pinhome sendiri fokus pada penyediaan layanan properti dan KPR. Lewat Pinhome, pengguna bisa mencari hunian idaman tanpa harus keluar rumah. Bahkan transaksi pun bisa dilakukan melalui smartphone mereka.

5. Danasyariah

Danasyariah merupakan startup proptech yang bergerak di bidang pembiayaan pemilikan properti. Berbeda dengan startup proptech sebelumnya, Danasyariah fokus pada sektor finansial dan properti. Dengan skema pembiayaan syariah, Danasyariah hadir sebagai solusi bagi masyarakat yang sulit mendapatkan persetujuan KPR karena terkendala masalah latar belakang pekerjaan.

Sejak pertama kali didirikan hingga akhir tahun 2023, Danasyariah berhasil menyalurkan pembiayaan properti hingga mencapai Rp2,73 triliun. Dana tersebut terkumpul dari masyarakat yang aktif menjadi pendana di Danasyariah. Per Desember 2023, Danasyariah bahkan berhasil mendapatkan TKB90 di atas 99%. 

6. Rukita

Rukita merupakan startup proptech yang dikembangkan bagi masyarakat yang ingin mencari informasi terkait properti co-living di kawasan kota-kota besar. Platform ini juga dilengkapi dengan fitur RuOptions yang dapat digunakan pemilik properti untuk mengelola properti yang mereka sewakan.

Didirikan pada 2019, Rukita mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Beberapa waktu lalu, perusahaan ini bahkan baru saja melakukan akuisisi platform Infokost yang bergerak di bidang listing properti sewa secara online.

7. Travelio

Travelio adalah salah satu startup digital di bidang properti yang hingga kini masih bertahan. Travelio sendiri fokus pada pelayanan sewa dan transaksi jual beli properti. Produk yang bisa ditawarkan di platform ini cukup beragam, seperti rumah, apartemen, hingga vila.

Jadi, itulah daftar startup di bidang property technology yang masih bertahan di Indonesia. Kendati kondisi tech winter masih terus membayangi para pelaku bisnis startup digital, perusahaan-perusahaan tersebut tetap mampu bertahan dengan terus melakukan inovasi dan adaptasi terhadap kondisi yang fluktuatif.

Leave a Reply