Smart home atau rumah pintar adalah istilah yang kian digaungkan beberapa tahun terakhir. Hal ini selaras dengan mulai diterapkannya inovasi teknologi dalam industri properti, khususnya rumah. Para pengembang pun berbondong-bondong membangun perumahan atau apartemen dengan sistem rumah pintar.
Lantas, siapa target pasarnya? Milenial dianggap sebagai generasi yang paling tertarik dengan tren teknologi ini. Apa alasannya dan apa yang menarik dari sistem rumah pintar? Simak selengkapnya dalam ulasan berikut ini.
Melansir Investopedia, smart home adalah rumah yang perlengkapan dan peralatannya dapat dikendalikan secara otomatis melalui perangkat seluler dengan mengandalkan internet. Sederhananya, smart home merupakan bangunan rumah yang dilengkapi dengan teknologi canggih.
Sistem rumah pintar memungkinkan seluruh penghuninya untuk bisa mengendalikan berbagai macam fungsi. Contohnya mengatur suhu ruangan, mematikan dan menyalakan lampu, akses masuk ke rumah, dan lain sebagainya. Semuanya dapat dilakukan dari jarak jauh melalui smartphone atau perangkat lain yang terhubung dengan internet, seperti asisten virtual (Google Assistant dan Alexa).
Dari semua generasi saat ini, milenial menjadi kelompok yang paling terbuka terhadap teknologi rumah pintar. Meskipun generasi Z juga terbuka dengan inovasi teknologi, mereka belum termasuk pemain utama dalam pasar rumah pintar.
Di sisi lain, generasi milenial adalah generasi melek teknologi karena mereka telah mengalami transisi dari era non-digital ke digital. Mereka paham bagaimana potensi dan tantangan dari penerapan teknologi dalam industri properti.
Penggunaan asisten virtual misalnya, generasi milenial dengan cepat menyadari manfaat dari tren teknologi tersebut, khususnya dalam sebuah hunian. Mengingat milenial adalah pengguna pertama produk-produk inovasi teknologi, secara tidak langsung mereka ikut mendorong pertumbuhan pasar smart home.
Di Indonesia, generasi milenial dianggap susah untuk memiliki rumah sendiri karena rendahnya daya beli mereka dan belum menemukan hunian yang cocok. Sementara studi di Amerika Serikat melaporkan bahwa 72% kaum milenial lebih menyukai smart home. Mereka rela membayar sewa tinggi demi bisa menikmati fitur-fitur canggih di rumah mereka.
Dibanding beberapa generasi sebelumnya, milenial lebih suka membelanjakan uang mereka untuk membeli produk-produk teknologi. Jadi tak heran bila milenial lebih tertarik dengan rumah yang memiliki sistem smart home. Lebih dari itu, sistem otomasi pada rumah pintar dapat meningkatkan kenyamanan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Sistem rumah pintar saling terhubung satu sama lain. Selain itu juga dapat diakses melalui perangkat yang terkoneksi dengan internet, seperti smartphone, laptop, dan tablet. Adapun fitur-fitur yang umum ada pada smart home adalah sebagai berikut:
Alih-alih menggunakan kunci manual, hunian pintar menggunakan sistem smart locks. Fitur ini memungkinkan penghuni rumah untuk bisa membuka pintu cukup dengan menggunakan sidik jari, perintah suara atau password. Bisa juga dengan menggunakan aplikasi pada smartphone. Selain praktis, fitur ini dapat meningkatkan tingkat keamanan rumah.
Smart thermostat atau pengkondisian udara merupakan fitur lain yang kerap disematkan pada hunian pintar. Dengan adanya fitur ini, penghuni rumah dapat menyalakan, mematikan, dan mengontrol suhu pemanas maupun pendingin ruangan.
Tentu saja, semua bisa dilakukan lewat aplikasi khusus pada gadget yang terhubung dengan internet. Bisa juga menggunakan asisten virtual lewat perintah suara, seperti Google Assistant atau Alexa. Bahkan beberapa model smart thermostat hadir dengan fitur sensor yang secara otomatis bisa mengatur tinggi rendahnya suhu ruangan.
Fitur smart home yang selanjutnya adalah pencahayaan otomatis. Dengan fitur ini, penghuni rumah tak perlu menyalakan maupun mematikan lampu lewat sakelar. Cukup dengan menggunakan aplikasi smartphone atau asisten virtual, lampu sudah bisa dinyalakan dan dimatikan secara otomatis.
Jadi, bila penghuni sedang tidak ada di rumah, lampu-lampu rumah bisa diatur dari kejauhan. Beberapa smart lamp bahkan bisa dikendalikan tingkat kecerahan, warna, dan waktu kapan harus dimatikan dan dinyalakan. Dengan begitu, penggunaan energi dalam rumah dapat ditekan.
Rumah dengan sistem smart home juga dilengkapi dengan serangkaian fitur untuk mengakses hiburan. Contohnya sistem audio yang didistribusikan di langit-langit rumah, dinding hingga lantai.
Dengan fitur ini, penghuni bisa mendapatkan pengalaman mendengarkan alunan musik favorit mereka secara lebih menarik. Sama seperti fitur-fitur sebelumnya, smart entertainment semacam ini juga dapat dikendalikan lewat aplikasi smartphone dan asisten virtual.
Salah satu fitur yang selalu ada dalam setiap hunian pintar adalah sistem keamanan nirkabel. Contohnya seperti CCTV, sistem alarm, dan video doorbell. Sistem-sistem ini dilengkapi dengan kamera yang dapat diakses dari kejauhan melalui gadget yang terhubung dengan internet.
Dengan demikian, penghuni rumah dapat mengawasi kondisi rumah meskipun sedang tidak ada di rumah. Sistem alarm misalnya, sistem ini umumnya dilengkapi dengan sensor otomatis untuk mendeteksi adanya indikasi pembobolan rumah, kebocoran gas, dan jenis-jenis ketidakwajaran lainnya. Jadi, penghuni rumah bisa segera mengambil tindakan bila terjadi indikasi-indikasi tersebut.
Sama seperti inovasi teknologi lainnya, sistem smart home juga ada kelebihan dan kekurangannya. Melansir dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa pros and cons rumah pintar.
Teknologi rumah pintar dapat membuat penghuninya merasa lebih tenteram. Pasalnya, hanya butuh gadget dengan koneksi internet, penghuni rumah sudah bisa mengakses dan mengendalikan banyak perangkat.
Sistem smart home juga dapat memperketat keamanan rumah. Misalnya, video doorbell yang dapat membantu pemilik rumah melihat sekaligus berbicara dengan tamu saat mereka sedang tidak di rumah.
Penggunaan teknologi pada rumah pintar juga memungkinkan penghuni rumah untuk menghemat biaya utilitas. Sebab, tak ada lagi yang namanya lupa mematikan lampu atau AC saat keluar rumah. Cukup dengan mengakses aplikasi di smartphone, pemilik rumah bisa mengecek apakan lampu dan AC sudah dimatikan atau belum.
Teknologi smart home memang dapat menekan biaya utilitas dan membuat segalanya menjadi lebih praktis. Namun ternyata masih ada sedikit kekurangannya, yakni risiko bug dan keamanan. Pasalnya, seluruh sistem pada rumah pintar terkoneksi dengan internet sehingga rentan terhadap ancaman hacker.
Di sisi lain, sistem smart home tak bisa lepas dari yang namanya bug. Bug ini bisa mengganggu seluruh sistem pada rumah pintar. Contohnya lampu tiba-tiba menyala sendiri padahal tidak diperintahkan untuk menyala.
Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah mitigasi, seperti memperkuat kata sandi. Bisa juga menggunakan sistem enkripsi dan rutin melakukan perawatan sistem agar terbebas dari bug.
Jadi, bagaimana, tertarik menerapkan sistem smart home di hunian Anda? Perlu diketahui bahwa teknologi pada dasarnya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi penggunanya. Namun ada harga yang tak sedikit yang harus dibayarkan untuk bisa menikmati kemudahan tersebut. Maka dari itu, pertimbangkan dengan baik sebelum memutuskan untuk memasang sistem smart home.