Tahun Baru Islam yang jatuh pada tanggal 1 Muharram merupakan salah satu momen penting bagi umat Islam di seluruh dunia. Di Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, menjadikan 1 Muharram sebagai perayaan yang sarat akan tradisi unik. Bukan hanya tradisi biasa, tetapi tradisi yang mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat lokal.
Setiap daerah di seluruh Indonesia memiliki cara unik dalam menyambut Tahun Baru Islam. Tujuannya tak hanya untuk menyambut perayaan itu sendiri, tetapi juga untuk melestarikan tradisi dan memperkuat ikatan sosial.
Tahun Baru Islam merupakan momen yang menandai dimulainya kalender Hijriah. Penanggalan ini didasarkan pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tahun 622 M. Peristiwa hijrah ini bukan hanya perjalanan semata, melainkan juga melambangkan proses perubahan menuju kebaikan, keadilan, dan juga perbaikan diri.
Bulan Muharram yang merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriah juga memiliki keistimewaan tersendiri. Pada awal bulan inilah, umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah dan berpuasa sunah pada tanggal 9-10 Muharram. Di Indonesia, Tahun Baru Hijriah tak hanya dirayakan dengan meningkatkan kualitas ibadah, tetapi juga menjadi refleksi spiritual dan peningkatan ikatan sosial melalui berbagai macam tradisi.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing dalam menyambut perayaan hari besar agama maupun nasional. Melansir dari berbagai sumber, berikut ini adalah 10 tradisi tahun baru Islam di berbagai daerah di Indonesia.
Tabot merupakan tradisi tahunan di Bengkulu yang diselenggarakan setiap tanggal 1 hingga 10 Muharram. Tradisi ini diadakan untuk mengenang perjuangan sekaligus pengorbanan Imam Husain, yakni cucu Nabi Muhammad SAW, yang gugur di Padang Karbala.
Tradisi ini melibatkan proses pembuatan peti kayu yang dihias dengan indah kemudian diarak keliling kota sebelum akhirnya dibuang ke luat. Tradisi ini tak hanya diadakan sebagai bentuk penghormatan sejarah tetapi juga menjadi ajang kebersamaan dan refleksi spiritual bagi masyarakat beragama Islam di Bengkulu.
Hampir mirip dengan Tabot, Tabuik ialah tradisi di Pariaman, Sumatera Barat untuk memperingati Hari Asyura pada 10 Muharram. Perayaan ini melibatkan berbagai tahapan, mulai dari mengambil tanah, menebang pohon pisang, hingga mengarak peti kayu yang sudah dihias sebelum akhirnya dibuang ke laut. Sama seperti Tabot, tradisi ini diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan terhadap Imam Husain dan juga menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di daerah Pariaman.
Tapa Bisu merupakan ritual yang diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Yogyakarta setiap malam 1 Muharram atau dikenal juga dengan sebutan malam 1 Suro. Melansir laman Kompas, Tapa Bisu berarti berjalan sambil bertapa dan diam atau membisu. Bertapa dalam tradisi ini tidak diartikan sebagai duduk bersila tetapi berjalan. Filosofi dari tradisi ini adalah keheningan sebagai bentuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta sambil merenungi segala bentuk tindakan yang sudah dilakukan seorang hamba.
Di berbagai daerah di Indonesia, seperti Solo, pawai obor merupakan tradisi yang umum dalam menyambut pergantian Tahun Baru Islam. Dalam acara ini, masyarakat dari berbagai kalangan berkumpul dan mengadakan pawai dengan membawa obor sambil melantunkan pujian kepada Nabi Muhammad SAW, seperti sholawat. Pawai ini umumnya dilakukan dengan berkeliling kota atau desa. Tujuannya tak hanya untuk memperingati 1 Muharram tetapi juga mempererat rasa kebersamaan dan spiritualitas.
Masyarakat lokal Aceh menyebut bulan Muharram sebagai “bulen apui” atau dalam bahasa Indonesia berarti “bulai api” atau “bulan asan usen” yang berarti “bulan Hasan Husen”. Pada bulan ini, masyarakat lokal Aceh melarang melangsungkan pernikahan dan sunat.
Tradisi ini diselenggarakan untuk mengenang tragedi pembunuhan Hasan dan Heseun yang merupakan cucu Rasulullah SAW. Di sejumlah daerah di Aceh, perayaan 1 Muharram juga diwarnai dengan proses memasak dan menyantap bersama bubur kanji acura.
Kirab Kebo Bule merupakan salah satu tradisi malam 1 Muharram yang paling populer di Indonesia. Melansir laman Pemerintah Kota Surakarta, tradisi ini berasal dari kebiasaan Raja Pakubuwono X yang rutin mengelilingi tembok Baluwarti sesuai dengan penanggalan Jawa.
Biasanya ratusan orang berkumpul dan menyaksikan kirab ini. Sesuainya dengan namanya, kirab kebo bule melibatkan kerbau berwarna putih yang selama ini dirawat oleh Keraton Surakarta. Orang-orang yang menghadiri acara ini umumnya berusaha untuk menyentuh kerbau tersebut karena dianggap membawa berkah.
Sedekah Gunung Merapi adalah tradisi malam 1 Muharram yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Lencoh, Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Tradisi ini melibatkan proses pelarungan kepala kerbau ke puncak Gunung Merapi. Hal ini dilakukan sebagai bentuk syukur dan doa kepada alam semesta dan Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan keberkahan di tahun yang baru. Masyarakat desa setempat biasanya bersama-sama mengadakan kirab kepala kerbau dan berbagai hasil bumi yang kemudian dilanjutkan dengan prosesi doa dan makan bersama.
Di Sukabumi, Jawa Barat, terdapat tradisi Ngadulang yang diselenggarakan setiap tahun untuk menyambut Tahun Baru Islam. Tradisi ini umumnya melibatkan prosesi menabuh bedug di masjid-masjid setempat. Di samping itu, biasanya juga diadakan lomba tabuh bedug yang diikuti oleh sejumlah kelompok masyarakat untuk menambah kemeriahan perayaan Tahun Baru Islam.
Masyarakat di sekitar Gunung Tidar, Magelang umumnya merayakan pergantian Tahun Baru Islam dengan mengadakan tradisi ziarah. Masyarakat setempat akan mendaki gunung untuk berziarah ke makam Syekh Subakit, Kiai Semar, dan Kiai Sepanjang. Ziarah ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan masyarakat lokal kepada para leluhur yang telah menyebarkan agama Islam di Jawa.
Masyarakat lokal di Madura, Jawa Timur menyambut Tahun Baru Islam dengan membuat hidangan tradisional yang disebut dengan bubur suro atau tajin sora. Bubur ini terdiri dari dua warna yang menyerupai warna bendera Indonesia, yakni merah dan putih.
Warna merah melambangkan darah dan putih melambangkan kesucian perjuangan Imam Husain yang merupakan cucu Rasulullah SAW. Bubur suro biasanya disantap bersama-sama sebagai salah satu bentuk syukur dan kebersamaan.
Itulah beberapa tradisi perayaan Tahun Baru Islam di berbagai daerah di Indonesia. Perayaan-perayaan di atas mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Indonesia yang notabenenya sangat beragam. Perayaan tersebut seyogianya terus dilestarikan karena tradisi adalah bagian dari karakter suatu bangsa.