Pernahkah kamu merasa cemas dan gelisah soal kondisi keuanganmu? Kalau iya, berarti kamu tidak sendiri. Kekhawatiran soal finansial ternyata sudah menjadi momok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut survei terbaru, lebih dari 60% warga Indonesia memiliki rasa khawatir tentang kemampuan mereka dalam memenuhi segala bentuk kebutuhan hidup, baik sekarang maupun di masa depan.
Kondisi semacam ini tak hanya memengaruhi kehidupan pribadi, tetapi juga mencerminkan betapa pentingnya literasi keuangan bagi suatu bangsa di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi. Saat kamu mulai mempertanyakan apakah gaji bulanan kamu cukup untuk hidup layak dan bahkan memiliki tabungan atau investasi, saat itulah kamu memerlukan perencanaan finansial yang matang.
Dalam survei Empowering Aspirations: Financial Preparedness in Asia yang dilakukan oleh Prudential, ditemukan bahwa sekitar 64% masyarakat Indonesia merasa cemas terhadap kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan finansial jika terjadi sesuatu yang buruk di masa depan.
Hal ini kemudian diperkuat oleh data dari UOB ASEAN Consumer Sentiment Study 2024, yang menunjukkan bahwa 76% responden merasa cemas terkait kondisi keuangan mereka. Mereka tidak hanya mencemaskan uang untuk memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga mengkhawatirkan masa depan yang tidak pasti, termasuk soal pekerjaan dan tabungan.
Menariknya lagi, kelompok usia gen Z menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari generasi lainnya, tetapi di sisi lain mereka juga menjadi generasi yang paling semangat untuk menabung. Jelas ini pertanda yang baik karena kesadaran finansial di kalangan gen Z mulai tumbuh meskipun belum semua tahu harus mulai dari mana.
Ada banyak sekali faktor yang membuat masyarakat, termasuk orang Indonesia, gelisah soal uang. Pertama, tak lain dan tak bukan adalah minimnya kesadaran diri untuk merencanakan keuangan sejak dini. Berdasarkan survei GoBear Financial Health Index 2022, mayoritas orang Indonesia yang berusia 35 tahun sama sekali belum memiliki perencanaan keuangan dan bahkan baru mulai menyiapkan masa pensiun saat sudah menginjak usia 41 tahun. Sangat terlambat, bukan?
Kedua, tingginya biaya hidup. Menurut data dari UOB, masyarakat Indonesia memiliki lima pengeluaran utama, yakni pendidikan, kebutuhan rumah tangga (seperti listrik dan air), transportasi, kesehatan, dan makanan. Ketika semua biaya hidup mengalami kenaikan, tetapi pendapatan tidak ikut naik, tidak heran jika makin banyak orang merasa cemas dengan kondisi keuangan mereka.
Ketiga, minimnya dana darurat. Meskipun 91% responden dari survei UOB mengaku mulai menyisihkan uang untuk kebutuhan dana darurat, hanya sekitar 20% yang memiliki cukup tabungan untuk memenuhi kebutuhan selama minimal enam bulan. Padahal, memiliki dana darurat adalah hal yang krusial, terlebih di tengah kondisi dunia kerja yang tidak selalu stabil.
Selain faktor-faktor di atas, beban cicilan dan utang konsumtif juga menjadi penyebab masyarakat cemas dengan kondisi keuangan mereka. Jika mereka tidak melakukan pengelolaan keuangan yang cerdas, maka utang bisa menjadi sumber masalah dalam kehidupan dan bahkan bisa memengaruhi kejiwaan.
Kabar baiknya, rasa khawatir soal finansial bisa kamu atasi, asalkan kamu mau ambil langkah nyata sekarang juga. Berikut ini beberapa solusi yang bisa kamu pertimbangkan:
Idealnya, kamu perlu memiliki dana darurat setidaknya 3-6 bulan dari total pengeluaran kamu setiap bulan. Misalnya kamu membutuhkan 5 juta sebulan untuk memenuhi segala kebutuhan, maka dana darurat yang harus kamu siapkan sekitar 15-30 juta. Agar tidak tergerus nilainya, kamu bisa menyimpan dana ini di tempat yang likuid dan juga memberikan imbal hasil, seperti investasi reksa dana, emas, fintech P2P financing seperti Danasyariah, atau rekening tabungan khusus.
Kamu bisa membagi pengeluaranmu, menjadi:
Khusus untuk tabungan, kalau kamu baru bisa menabung 10% misalnya, tidak apa-apa juga, yang paling penting adalah kamu konsisten menabung.
Ada banyak sekali produk keuangan yang bisa membantu kamu menghilangkan kecemasan soal finansial, mulai dari produk asuransi jiwa, investasi, hingga tabungan pendidikan. Misalnya Danasyariah menawarkan produk pendanaan properti dengan skema syariah. Jadi kamu akan mendanai proyek-proyek pembangunan properti dengan imbal hasil mulai dari 12-18% per tahun. Ini bisa menjadi solusi jitu untuk mempersiapkan dana darurat maupun kebutuhan jangka panjang lainnya.
Kalau kamu belum paham soal investasi, asuransi, atau bahkan cara mengatur keuangan pribadi, jangan khawatir. Di era modern seperti sekarang ini ada banyak sekali sumber belajar gratis yang bisa kamu manfaatkan, mulai dari YouTube, webinar, buku, hingga kursus daring. Makin kamu paham soal keuangan, makin kamu bisa mengambil keputusan finansial dengan bijak dan percaya diri.
Tidak ada kata terlalu dini atau bahkan terlambat untuk mulai mempersiapkan keuangan. Justru kalau kamu bisa memulainya sekarang juga, seperti generasi Z yang sadar pentingnya menabung, maka kamu memiliki peluang besar untuk mewujudkan tujuan finansial di usia produktif.
Jadi, kekhawatiran soal finansial memang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Namun bukan berarti kamu harus terus hidup dalam kecemasan. Mulai dari langkah kecil seperti menyiapkan dana darurat, konsisten menabung, hingga belajar soal investasi, maka semua bisa membawa kamu pada rasa aman secara finansial.
Ingat, masa depan keuangan kamu tidak ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan saat ini, tetapi oleh seberapa cerdas kamu mengelolanya. Yuk, belajar mengelola keuangan mulai dari sekarang.