Pernah dengar istilah YOLO? Istilah “You Only Live Once” ini pernah ngetren dan menjadi semacam mantra hidup banyak orang, khususnya generasi muda. Inti dari istilah ini jelas, yakni nikmati hidup, lakukan apa pun yang kamu mau karena kamu hanya hidup sekali. Namun belakangan ini ada gaya hidup baru yang menjadi antitesis dari YOLO, yakni YONO (You Only Need One).
Konsep YONO mengajak kamu untuk bisa berpikir lebih dalam tentang apa sih yang benar-benar kamu butuhkan untuk bisa merasa bahagia? Di tengah kondisi ekonomi saat ini, konsep YONO tampaknya mulai dianggap relevan. Yuk, simak selengkapnya dalam pembahasan berikut ini.
YONO adalah singkatan dari You Only Need One atau secara harfiah berarti kamu hanya membutuhkan satu hal. Secara garis besar, konsep ini mengajarkan kamu untuk bisa fokus pada satu hal yang benar-benar penting dalam hidup alih-alih harus mengejar banyak hal secara impulsif. Berbeda dengan YOLO yang cenderung mendorong kamu untuk mengejar banyak hal tanpa berpikir panjang.
Slogan YONO ramai setelah media The Korea Times mempublikasikan berita yang bertajuk “Young Koreans Say No to YOLO, Yes to YONO” pada 2024. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa anak muda Korea mulai mengubah kebiasaan mereka menjadi lebih hemat. Salah satu alasannya karena tingginya inflasi yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan.
Jika dipelajari, YONO berakar pada prinsip minimalisme dan mindfulness. Ini artinya kamu diajak untuk menjalani hidup secara lebih sadar, bijaksana dalam memilih kebutuhan, dan mengurangi kebiasaan konsumtif yang tidak perlu.
Meskipun konsep YONO baru mulai populer pada awal 2025, tren ini tampaknya mulai dilirik oleh banyak orang, khususnya mereka yang mulai sadar bahwa kondisi ekonomi tidak memungkinkan mereka untuk terus-menerus bersikap boros.
Mungkin kamu bertanya, apa sih bedanya YONO dan YOLO? Bukankah dua-duanya tentang menikmati hidup? Jawabannya, jelas keduanya sangat berbeda dan bahkan saling berlawanan.
YOLO (You Only Live Once) mendorong kamu untuk menjalani hidup tanpa banyak berhitungan. Gaya hidup ini lebih mengajarkan kamu untuk berani mengambil risiko, mencoba hal-hal baru sebanyak mungkin, dan mengejar kesenangan tanpa terlalu memikirkan konsekuensi jangka panjang. Sekilas, prinsip ini memang terkesan positif, tetapi jika dipahami secara lebih mendalam, tren YOLO justru sangat erat kaitannya dengan perilaku impulsif.
Berdasarkan survei Populix, 48,6% responden di Indonesia pada periode Januari 2025 masih menerapkan gaya hidup YOLO. Ini menunjukkan bahwa tren YOLO masih mengakar kuat meskipun mulai banyak yang mempertimbangkan gaya hidup lainnya.
YONO (You Only Need One) hadir sebagai antitesis atau respons atas kekurangan YOLO. Kalau YOLO lebih ke soal “mencoba semuanya sebelum mati,” YONO lebih ke “fokus pada satu hal yang benar-benar krusial atau penting untuk hidup kamu.”
Secara garis besar, prinsip YONO mengajarkan kamu untuk bisa:
Secara sederhana, prinsip YOLO mungkin bisa membuat kamu merasa bahagia untuk sekejap mata, tetapi YONO akan membuat kamu bahagia dalam jangka waktu yang panjang.
Kalau kamu merasa gaya hidup YONO lebih cocok untuk situasi saat ini, mungkin sudah saatnya belajar menerapkannya. Berikut beberapa langkah praktis untuk memulai prinsip You Only Need One.
Setiap kali kamu ingin membeli atau melakukan sesuatu, tanyakan pada diri kamu sendiri, apakah kamu benar-benar membutuhkannya atau itu hanya keinginan sesaat. Mulailah dengan belajar membedakan mana yang penting dan mana yang hanya untuk memuaskan ego.
Misalnya, kamu mungkin berpikir butuh gadget baru, padahal gadget lama kamu masih bisa berfungsi dengan baik. Dengan menerapkan prinsip YONO, maka kamu akan lebih memilih untuk tidak membeli gadget baru dan tetap menggunakan gadget lama yang masih berfungsi.
Dalam menjalani hidup, kamu harus memiliki satu tujuan atau prioritas utama. Apakah itu karier, kesehatan, atau mungkin keluarga? Pilih satu yang menurut kamu paling beramakna dan arahkan energi kamu ke situ. Dengan begitu, kamu tidak akan mudah terdistraksi oleh hal-hal di luar sana yang sebenarnya tidak memberikan dampak besar untuk hidup kamu.
Media sosial kerap kali menjadi penyebab utama kamu sering merasa “kurang” atau “harus punya ini dan itu” agar dianggap keren atau relevan dengan tren terbaru. Padahal, mayoritas yang kamu lihat di media sosial hanyalah ilusi belaka. Dengan mengurangi penggunaan media sosial, kamu bisa lebih fokus pada kehidupan nyata dan hal yang benar-benar kebutuhan saat ini.
Cobalah untuk mengikuti tantangan seperti No Buy Challenge untuk melatih gaya hidup YONO. Komitmen untuk tidak membeli barang-barang yang tidak penting selama periode tertentu akan membentuk kebiasaan konsumsi yang jauh lebih sadar.
Terkadang, kebahagiaan datang dari hal-hal kecil seperti jalan santai keliling komplek, ngobrol bersama teman, atau bahkan melakukan hobi di rumah. Kegiatan-kegiatan seperti ini bisa memberikan kebahagiaan yang lebih mendalam dibandingkan melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan validasi.
Jadi, di tengah dunia yang sangat sibuk dan makin kompleks ini, kamu mungkin merasa kurang, kurang, dan kurang. Lalu datanglah konsep YONO yang mengingatkan kamu bahwa merasa cukup itu adalah sebuah keharusan dan cukup itu lebih dari cukup.
Gaya hidup You Only Need One mengajarkan kamu untuk bersikap lebih mindful, fokus pada esensi, dan membangun kebahagiaan dalam jangka panjang. Untuk memulai gaya hidup ini, coba tanyakan pada dirimu apa kira-kira satu hal yang benar-benar kamu butuhkan untuk bahagia. Sebab, jawaban dari pertanyaan ini lebih sederhana dari apa yang kamu bayangkan.