Indonesia telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan bagi perusahaan startup di kawasan Asia Tenggara dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan yang cukup pesat ini didorong oleh berbagai faktor krusial, di antaranya adalah peningkatan akses internet, jumlah generasi muda yang besar, dan munculnya berbagai solusi teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Meskipun dalam beberapa tahun terakhir startup di Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi supaya tidak berujung pada PHK massal.
Perkembangan startup di Indonesia bisa dikatakan mulai memperoleh momentum sekitar tahun 2015. Kumunculan perusahaan rintisan seperti Gojek, Tokopedia, dan Bukalapak menjadi penanda dimulainya era startup teknologi di Tanah Air. Kala itu, pasar Indonesia terbilang masih belum tergarap dengan optimal tetapi akhirnya menjadi ladang subur bagi berkembangnya inovasi teknologi, khususnya yang berbasis digital.
Pada awalnya, startup di Indonesia mayoritas berfokus pada sektor transportasi dan e-commerce. Hal ini bisa sangat dimaklumi, mengingat sektor-sektor tersebut merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat yang makin bergantung pada teknologi untuk mempermudah kegiatan sehari-hari.
Tokopedia dan Bukalapak bisa dibilang adalah pionir di sektor e-commerce. Sementara itu, Gojek membawa perubahan dalam bidang transportasi dengan model bisnis ride-hailing yang juga mengubah cara masyarakat dalam mengakses transportasi.
Seiring dengan berjalannya waktu, makin banyak startup yang bermunculan dengan menawarkan solusi praktis di berbagai sektor, mulai dari finansial (fintech), pendidikan (edutech), kesehatan (healthtech), dan pertanian (agritech). Kehadiran investor lokal maupun asing yang melihat adanya potensi besar pasar Indonesia kala itu turut mendorong pertumbuhan ekosistem startup.
Namun, perjalanan perusahaan-perusahaan rintisan di bidang teknologi di Tanah Air tak selalu mulus. Tak sedikit startup yang gagal bertahan dan terkena dampak tech winter. Hal ini terjadi khususnya pada perusahaan yang tak mampu mengelola pendanaan dengan baik atau memiliki model bisnis yang kurang solid.
Kondisi startup di Indonesia saat ini bisa dibilang sedang berada dalam fase yang cukup menantang. Setelah melewati masa-masa yang disebut dengan “bubble”, yakni kondisi yang membuat banyak startup memiliki pendanaan besar dengan cara mudah, kini startup dihadapkan pada kondisi yang lebih kompleks.
Salah satu fenomena yang menggambarkan kondisi tersebut adalah tech winter. Istilah ini digunakan untuk menyebut kondisi menurunnya minat dan investasi masyarakat di sektor teknologi.
Tech winter sendiri mulai terjadi di Indonesia sejak akhir tahun 2022. Banyak perusahaan startup di Tanah Air seperti GoTo, Ruangguru, dan Shopee terpaksa harus melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah yang tidak sedikit.
Penyebab utama dari tech winter ini adalah peningkatan jumlah cost of capital yang membuat para investor harus lebih selektif dalam melakukan investasi. Selain itu, pandemi dan perubahan perilaku konsumen juga turut mendorong terjadinya tech winter. Permintaan terhadap layanan digital pada saat itu mengalami penurunan setelah sempat mengalami lonjakan tinggi selama pandemi terjadi.
Kemudian, pada tahun 2024 ini, banyak startup Indonesia melakukan PHK besar-besaran dan hal ini disinyalir karena kondisi tech winter. Di tengah kondisi yang kompleks ini, startup yang mampu bertahan adalah mereka yang memiliki fondasi bisnis yang kuat.
Fokusnya tak hanya lagi pada pertumbuhan perusahaan yang cepat, melainkan juga pada keuntungan dan efisiensi operasional. Beberapa tren kemudian muncul sebagai bentuk respons terhadap kondisi ini, termasuk peralihan fokus dari sektor konsumen menjadi sektor business-to-business, AI, dan peningkatan minat pada sektor baru seperti healthtech dan greentech.
Meskipun banyak startup di Indonesia yang saat ini mengalami kondisi yang cukup menantang, tampaknya perusahaan-perusahaan rintisan ini masih memiliki masa depan yang cukup cerah. Hal ini dilihat dari potensi pasar yang besar di Tanah Air karena Indonesia sendiri memiliki populasi lebih dari 270 juta jiwa.
Di samping itu, tingkat penggunaan teknologi terus mengalami peningkatan. Lebih lanjut, komitmen masyarakat untuk mendukung perkembangan ekosistem startup melalui banyak inisiatif dan regulasi juga menjadi faktor pendorong.
Dalam beberapa tahun yang akan datang, startup yang ada di Indonesia tampaknya akan lebih fokus pada sektor-sektor yang memiliki dampak sosial dan lingkungan secara positif. Misalnya saja greentech; sektor ini diprediksi akan menjadi salah satu yang berkembang dengan pesat mengingat komitmen pemerintah untuk mewujudkan emisi net-zero pada tahun 2060 mendatang.
Di samping itu, sektor kesehatan atau healthtech juga diharapkan akan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kesadaran berbagai lapisan masyarakat. Terlebih lagi, kesadaran terhadap pentingnya kondisi kesehatan dan dukungan dari pemerintah dalam mendorong peluasan penggunaan teknologi kesehatan.
Lebih lanjut, sektor AI juga diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Munculnya platform seperti ChatGPT yang berbasis AI menandakan bahwa negara ini memiliki peluang besar untuk mengembangkan inovasi di bidang AI.
Namun, untuk mewujudkan potensi maksimal dari AI, maka startup di Indonesia harus bisa beradaptasi dengan segala perubahan yang terjadi—baik itu perubahan dalam hal teknologi, kebutuhan pasar, maupun regulasi pemerintah.
Terakhir, guna mencapai masa depan yang cerah, maka startup di Indonesia harus mulai mengadopsi pendapatan yang lebih berkelanjutan dalam menjalankan operasional bisnisnya. Hal ini termasuk memastikan bahwa model bisnis mereka tak hanya memberikan keuntungan secara finansial tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat sekaligus lingkungan.
Dengan begitu, startup Indonesia tak hanya akan bertahan dalam jangka pendek. Namun, startup juga diharapkan dapat mengalami perkembangan dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian negara dalam jangka waktu yang panjang.
Melihat dari ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perjalanan perusahaan rintisan di bidang teknologi yang ada di Indonesia penuh dengan dinamika. Meskipun saat ini banyak startup yang sedang mengalami kesulitan, ada potensi besar yang membuat startup-startup tersebut memiliki harapan yang cerah. Dengan terus berinovasi, beradaptasi, dan fokus pada keberlanjutan, maka startup tak hanya bisa bertahan, tetapi juga tumbuh dan berkontribusi terhadap tingkat perekonomian negara.