Tak sedikit orang yang mulai sadar pentingnya melakukan pembangunan berkelanjutan. Hal ini didasari oleh adanya ancaman perubahan iklim yang tak bisa dihindari namun setidaknya bisa diperlambat. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan furnitur ramah lingkungan.
Pada dasarnya, furnitur yang terbuat dari material ramah lingkungan bisa ditemukan dengan mudah di rumah-rumah masyarakat pedesaan. Kini, mulai banyak produsen furnitur yang memproduksi mebel dari bahan-bahan ramah lingkungan.
Furnitur ramah lingkungan adalah perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari material yang tidak berdampak buruk terhadap lingkungan dan penggunanya. Berikut adalah sejumlah material furnitur yang ramah lingkungan.
Kayu adalah material yang paling populer untuk membuat furnitur rumah. Hanya saja, tak semua kayu dapat dikategorikan sebagai bahan yang ramah lingkungan. Baru bisa dibilang ramah lingkungan bila kayu tersebut berasal dari hutan-hutan yang dirawat secara berkelanjutan. Selain itu penebangannya juga harus sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Di Amerika Serikat misalnya, produk furnitur dari kayu ramah lingkungan wajib memiliki sertifikat FSC (Forest Stewardship Council) dan PEFC (Programme for the Endorsement of Forest Certification). Kedua label ini dapat meyakinkan konsumen bahwa furnitur tersebut terbuat dari kayu hutan yang dikelola secara berkelanjutan dan penuh dengan kehati-hatian agar tidak merusak ekosistem sekitar.
Beberapa jenis kayu yang dapat dikatakan ramah lingkungan antara lain:
Secara teknis, bambu adalah rumput yang menyerupai pohon alih-alih pohon. Di samping itu, bambu bisa tumbuh lebih cepat dibanding pohon. Hanya butuh 3 sampai 6 tahun untuk bisa ditebang dan diolah. Jika dibandingkan dengan kayu solid, jelas bambu yang menang. Sebab, kayu solid bisa memakan waktu hingga 15 sampai 20 tahun sebelum dipanen.
Bambu juga memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon. Tumbuhan yang banyak ditemukan di kawasan Asia ini bisa menyerap karbon dengan cepat dan mengeluarkan kadar oksigen yang tinggi. Karena itulah, bambu dikategorikan sebagai material ramah lingkungan untuk furnitur rumah tangga.
Namun ada satu hal yang harus diperhatikan saat membeli furnitur dari bambu, yakni bahan pengawetnya. Sejumlah produsen bambu menggunakan bahan-bahan kimia tertentu untuk proses finishing. Maka dari itu, Anda harus tetap jeli saat memilih furnitur dari bambu.
Bukan berarti produk furnitur harus 100% bebas bahan-bahan kimia. Sebab, bahan kimia tetap dibuthkan agar furnitur tetap awet. Setidaknya kadarnya tidak sampai 100% sehingga aman untuk pengguna dan juga lingkungan.
Beberapa dari Anda mungkin masih asing dengan istilah kayu buangan. Bukan kayu olahan seperti MDF atau kayu partikel, ya. Contoh dari kayu buangan adalah kayu dari pohon jati. Coba saja Anda datang ke hutan-hutan jati di kawasan Jawa Tengah. Di sana Anda akan menjumpai banyak petani pohon jati mengumpulkan ranting-ranting jati.
Ranting-ranting jati tidak dibuang begitu saja. Namun diolah sedemikian rupa untuk dijadikan produk furnitur yang memiliki nilai ekonomi. Saat ini, tak sedikit desainer kreatif yang memanfaatkan ranting-ranting kayu buangan untuk membuat mebel dengan berbagai desain yang unik.
Selain ranting jati, potongan-potongan kecil dari kayu gelondongan juga termasuk kayu buangan. Dengan bermodal kreativitas dan rasa peduli terhadap lingkungan, kayu buangan disulap oleh para desainer furnitur menjadi mebel-mebel yang luar biasa.
Katun, wol, dan rami adalah beberapa contoh material furnitur ramah lingkungan yang mudah terurai dan terbarukan. Hanya saja, Anda mungkin masih jarang menemukan furnitur seperti sarung bantal yang terbuat dari 100% katun atau karpet yang terbuat dari 100% wol. Mayoritas produsen masih mencampur produk-produk furnitur mereka dengan kain sintetis seperti polyester.
Meskipun Anda menemukan produk berbahan 100% wol, katun atau rami, Anda tetap harus berhati-hati terhadap zat pewarna yang digunakan. Bisa jadi pewarna yang digunakan terbuat dari bahan kimia yang sulit untuk diuraikan secara alami. Ada baiknya Anda mencari tahu dahulu bahan-bahan yang digunakan sebelum memutuskan untuk membeli.
Batu alam juga dapat digunakan untuk membuat furnitur, lho. Contohnya dipakai untuk kitchen island, table top dari kitchen set, meja makan, dan lain sebagainya. Namun material satu ini agak sulit untuk bisa dikategorikan sebagai material yang ramah lingkungan. Sebab, batu adalah benda mati dan begitu diolah menjadi berbagai macam bentuk, batu akan tetap dalam bentuk akhirnya tersebut.
Namun batu alam tetap bisa dibilang sebagai material yang berkelanjutan karena batu terjadi secara alami. Tidak mengandung bahan kimia berbahaya dan ketika dikembalikan ke alam, batu hanya akan memakan tempat. Saat diolah, batu membutuhkan lebih sedikit air dibanding material lainnya, seperti kuarsa dan kaca.
Gabus di sini tidak sama dengan styrofoam. Gabus yang dimaksud adalah tutup botol pada minuman anggur (wine). Di sejumlah negara yang mengonsumsi banyak anggur, gabus tidak dibuang begitu saja. Namun dimanfaatkan sebagai bahan kap lampu, parket, dan jenis aksesori lainnya. Ada juga yang diolah menjadi furnitur seperti sofa, meja, dan kursi.
Gabus sendiri terbuat dari kulit kayu. Disebut ramah lingkungan karena gabus bisa diuraikan dan didaur ulang. Di samping itu, kulit kayu juga tidak diambil dari pohon yang sudah ditebang melainkan yang masih tumbuh. Kulit pohon yang dikelupas tidak butuh waktu lama untuk tumbuh kembali.
Jauh sebelum ada isu perubahan iklim, istilah daur ulang sudah ramai digemborkan. Istilah ini juga erat kaitannya dengan upaya-upaya menciptakan produk ramah lingkungan. Di antaranya untuk membuat furnitur rumah tangga.
Beberapa material daur ulang yang bisa digunakan untuk mempercantik rumah antara lain lantai parket, pelapis laminasi, pelapis dinding, dan masih banyak lagi. Sejumlah produsen furnitur asal Amerika Serikat bahan membuat kursi dari 100% polimer daur ulang. Bahan ini termasuk awet dan menghasilkan 97% karbon lebih sedikit dibanding plastik murni.
Di Indonesia, furnitur dari material daur ulang agak sulit untuk ditemukan. Kalaupun ada, harganya relatif mahal dibanding furnitur biasa. Tapi kalau Anda tidak masalah dengan harga, furnitur dari bahan daur ulang adalah pilihan yang tepat.
Itu tadi tujuh material yang digunakan sebagai bahan furnitur ramah lingkungan. Memilih furnitur yang benar-benar 100% ramah untuk lingkungan memang sulit. Harus benar-benar jeli, namun jangan lantas malas untuk mulai menggunakan produk ramah lingkungan. Kalau tidak dimulai dari sekarang, terburu efek perubahan iklim semakin mengganas.