Indonesia Mau Bikin AI Sendiri? Simak Faktanya di Sini

Indonesia berencana mengembangkan model AI sendiri. Rencana ini tentu harus didukung tetapi juga masih banyak tantangan yang harus dihadapi.

Beberapa tahun terakhir, teknologi artificial intelligence (AI) mengalami perkembangan pesat. Sejumlah negara yang menjadi pemain utama di bidang teknologi seperti Amerika Serikat dan Tiongkok berbondong-bondong membuat AI mereka sendiri. Hal ini turut menginspirasi Indonesia untuk mengikuti jejak kedua negara tersebut.

Keinginan Indonesia untuk mengembangkan AI sendiri menunjukkan betapa besarnya ambisi Indonesia untuk berhenti sekadar menjadi pengguna teknologi, tetapi juga menjadi inovator di kancah global.

AI

Rencana Indonesia Bikin AI Sendiri

Pada awal 2025, pemerintah Indonesia mengumumkan rencana pembangunan pusat data di Jayapura, Papua. Pusat data sendiri sangat krusial dalam proses pengembangan teknologi AI. 

Hermawansyah Hidayat selaku CEO Hidup Group menyampaikan melalui Liputan6 bahwa pusat data adalah infrastruktur kunci yang tak hanya menyediakan tempat penyimpanan dan pemrosesan data melainkan juga menjamin keamanan data selama disimpan dan ditransfer

Pemerintah juga berkomitmen untuk mewujudkan AI yang lebih komprehensif melalui kebijakan yang fokus pada tiga aspek utama, yakni:

  • Policy (kebijakan): Pemerintah akan menyusun kebijakan yang dapat memberikan kepastian hukum bagi pengembangan AI tanpa menghambat proses inovasi.
  • People (sumber daya manusia): Pemerintah akan fokus pada pengembangan talenta digital dan peningkatan keterampilan bagi SDM di bidang AI.
  • Platform: Penguatan infrastruktur digital dan pusat data guna mendukung pengembangan AI.

Selain itu, perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia seperti Indosat Ooredoo Hutchison dan GoTo Gojek Tokopedia, telah meluncurkan pengembangan AI yang disebut Sahabat-AI. 

Ekosistem model bahasa ini hadir dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah lainnya. Hal ini ditujukan agar masyarakat Indonesia mampu membangun layanan maupun aplikasi berbasis AI dengan pemahaman konteks lokal.

Langkah ini sejalan dengan strategi yang telah diterapkan oleh beberapa negara yang sudah mengembangkan AI. Misalnya saja, di Tiongkok, perusahaan seperti Alibaba dan Baidu yang telah mengembangkan model AI mereka sendiri.

Bahkan India juga sudah mulai mengembangkan ekosistem AI “IndiaAI”. Dengan mengikuti langkah yang sama, Indonesia memiliki harapan bisa memperkuat posisinya dalam persaingan perkembangan teknologi global.

Keamanan Data adalah Kunci Pengembangan AI

Dalam pengembangan AI, data adalah komponen utama. Namun, akses untuk masuk ke data yang berkualitas masih menjadi tantangan bagi Indonesia. 

Data yang tersedia sering kali tidak lengkap, berantakan, dan bahkan tidak akurat. Bukan hanya itu saja, isu seperti privasi dan keamanan data juga menjadi fokus utama mengingat banyaknya kasus kebocoran data di Tanah Air.

Menurut laporan dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 221,56 juta orang pada 2024. 

Angka ini setara dengan 79,5% dari seluruh populasi Indonesia. Dengan jumlah pengguna yang besar, otomatis kebutuhan terhadap perlindungan data juga makin krusial.

Lebih lanjut, keberadaan pusat data di dalam negeri juga memberi keuntungan besar bagi banyak perusahaan yang beroperasi di Indonesia, khususnya dalam mengurangi latensi dan menjamin keamanan data. 

Selain itu, keberadaan pusat data ini juga membuat konsumen B2B lebih percaya diri karena data dan privasi mereka lebih terjaga, khususnya untuk industri skala besar seperti perbankan, minyak dan gas, serta firma hukum.

Namun, membangun pusat data bukanlah perkara mudah. Anggarannya sangat fantastis bisa mencapai miliaran rupiah, terlebih untuk pusat data Tier IV yang memiliki tingkat keamanan tinggi. 

Pusat data juga harus memenuhi standar ISO 27001 untuk memastikan keamanan informasi. Jadi, hal ini menjadi tantangan bagi Indonesia yang berencana ingin mengembangkan AI sendiri.

SDM Menjadi Tantangan Pengembangan AI

Salah satu tantangan terbesar dalam pengembangan AI secara mandiri di Indonesia adalah minimnya sumber daya manusia yang kompeten di bidang ini. 

Meskipun Indonesia termasuk negara dengan jumlah populasi terbesar keempat di dunia, nyatanya Indonesia masih mengalami kekurangan talenta digital. 

Data dari KOMDIGI mencatat bahwa Indonesia masih kekurangan sekitar 500 ribu talenta di bidang digital per tahun. Berdasarkan data yang diolah KOMDIGI, Indonesia membutuhkan talenta digital hingga 12 juta orang pada tahun 2030 mendatang.

Khususnya di bidang AI, masih sedikit perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki program studi khusus AI. Bahkan kebanyakan tenaga ahli AI di Indonesia merupakan tenaga asing atau lulusan universitas ternama seperti ITB, UI, dan BINUS yang masing-masing memiliki program terkait AI dan data science.

Pemerintah memiliki sejumlah inisiatif untuk mendorong peningkatan jumlah talenta digital, di antaranya melalui:

  • Digital Talent Scholarship (DTS): Merupakan program pelatihan digital dari KOMDIGI guna meningkatkan keterampilan SDM di bidang teknologi.
  • Kerja sama dengan industri: Beberapa perusahaan ternama seperti Google dan Microsoft telah berkolaborasi dengan pemerintah guna memberikan pelatihan teknologi digital, termasuk AI bagi tenaga kerja di Indonesia.
  • Inkubator startup AI: Pemerintah bekerja sama dengan swasta untuk mendukung pengembangan startup AI.

Kendati demikian, tetap ada tantangan yang harus dihadapi, yakni brain drain. Banyak talenta digital di Indonesia memilih bekerja untuk klien dari luar negeri karena gaji yang lebih tinggi dan ekosistem digital yang lebih matang. 

Bahkan, banyak profesional di bidang teknologi digital dari Indonesia yang bekerja di Singapura, Amerika Serikat, dan bahkan Eropa. Jika pemerintah tidak menerapkan strategi yang tepat untuk mempertahankan mereka, maka Indonesia bisa kehilangan tenaga profesional terbaiknya.

Jadi, rencana Indonesia untuk mengembangkan teknologi AI sendiri memang harus diapresiasi dan terus didukung. Namun, pemerintah juga harus siap menghadapi tantangan yang ada seperti keamanan data, kurangnya talenta digital, dan kesiapan infrastruktur. 

Jika semua tantangan tersebut berhasil diatasi, maka Indonesia mungkin bisa menjadi “AI Hub” di kawasan Asia Tenggara.

Leave a Reply